Rabu, 25 Juli 2012

Grande Mosquee De Paris, Masjid Terbesar di Prancis & Saksi PD II

Siapa yang tidak kenal Kota Paris di Prancis. Kota romantis penuh keeksotisan karena keberadaan menara Eiffel yang tinggi menjulang. Tapi, siapa yang tahu bangunan masjid pertama yang berdiri tegak di negara ini. Ini dia, Grande Mosquee De Paris atau biasa disebut masjid agung Paris.
Grande Mosquee De Paris adalah masjid dengan dinding murni putih dan hijau-biru serta bentuk atapnya seperti menara. Bersejarah, karena masjid ini terbesar ketiga di Eropa dan menjadi masjid pertama yang dibangun di Prancis. Terletak di Arondisemen Place du Puits de l’Ermite, tepat dijantung kota Paris. Kemegahan masjid ini tak kalah indahnya dengan menara Eiffel.
Sebagaimana dilansir Islamcity.com, sejarah awal dibangunnya masjid ini adalah untuk menghormati masyarakat Arab-Prancis yang bertempur pada perang dunia I, terutama bagi mereka yang tewas dalam peperangan Verdun tahun 1916. Masjid yang terbuat dari beton dengan mozaik ajaib ini dibangun pada tahun 1920 dan diresmikan pada tanggal 15 Juli 1926 oleh Presiden Gaston Doumergue, kemudian dipimpin doa bersama sebagai tanda peresmian oleh Ahmad al-Alawi (1869-1934), seorang pendiri Aljazair.
Selama Perang Dunia II, masjid ini menjadi tempat persembunyian rahasia bagi korban aniaya. Dahulu masjid ini disediakan untuk tempat tinggal, tempat yang aman untuk anak-anak Muslim dan Yahudi. Masjid ini memiliki peran sosial penting bagi umat Islam Eropa.
Namun demikian, menurut Institut Registri Dunia Arab, dari 4 juta warga muslim yang tinggal di Prancis, dan sekitar 121 masjid yang ada, banyak masjid yang tidak lebih hanya dijadikan tempat parkir dan bangunan kosong saja. Masjid inilah yang kaya akan sejarah keislaman dan sering digunakan untuk beribadah.
Ada satu yang menjadi daya tarik dari masjid ini selain menikmati arsitektur yang unik dan belajar banyak tentang sejarah Islam, yakni selama musim dingin ada pemandian Turki marmer. Jadwalnya bagi laki-laki pada hari selasa dan minggu, sedangkan waktu kosong selain itu untuk wanita.

Hikayat Ketika Abu Nawas Berdoa Minta Jodoh

Ada saja cara Abu Nawas berdoa agar dirinya mendapatkan jodoh dan menikah. Karena kecerdasan dan semangat dalam dirinya, akhirnya Abu Nawas mendapatkan istri yang cantik dan shalihah.
Sehebat apapun kecerdasan Abu Nawas, ia tetaplah manusia biasa. Kala masih bujangan, seperti pemuda lainnya, ia juga ingin segera mendapatkan jodoh lalu menikah dan memiliki sebuah keluarga.
Pada suatu ketika ia sangat tergila-gila pada seorang wanita. Wanita itu sungguh cantik, pintar serta termasuk wanita yang ahli ibadah. Abu Nawas berkeinginan untuk memperistri wanita salihah itu. Karena cintanya begitu membara, ia pun berdoa dengan khusyuk kepada Allah SWT.
“Ya Allah, jika memang gadis itu baik untuk saya, dekatkanlah kepadaku. Tetapi jika memang menurutmu ia tidak baik buatku, tolong Ya Allah, sekali lagi tolong pertimbangkan lagi ya Allah,” ucap doanya dengan menyebut nama gadis itu dan terkesan memaksa kehendak Allah.
Abu Nawas melakukan doa itu setiap selesai shalat lima waktu. Selama berbulan-bulan ia menunggu tanda-tanda dikabulkan doanya. Berjalan lebih 3 bulan, Abu Nawas merasa doanya tak dikabulkan Allah. Ia pun introspeksi diri.
“Mungkin Allah tak mengabulkan doaku karena aku kurang pasrah atas pilihan jodohku,” katanya dalam hati.
Kemudian Abu Nawas pun bermunajat lagi. Tapi kali ini ganti strategi, doa itu tidak diembel-embeli spesifik pakai nama si gadis, apalagi berani “maksa” kepada Allah seperti doa sebelumnya.
“Ya Allah berikanlah istri yang terbaik untukku,” begitu bunyi doanya.
Berbulan-bulan ia terus memohon kepada Allah, namun Allah tak juga mendekatkan Abu Nawas dengan gadis pujaannya. Bahkan Allah juga tidak mempertemukan Abu Nawas dengan wanita yang mau diperistri. Lama-lama ia mulai khawatir juga. Takut menjadi bujangan tua yang lapuk dimakan usia. Ia pun memutar otak lagi bagaimana caranya berdoa dan bisa cepat terkabul.
Abu Nawas memang cerdas. Tak kehabisan akal, ia pun merasa perlu sedikit “diplomatis” dengan Allah. Ia pun mengubah doanya.
“Ya Allah, kini aku tidak minta lagi untuk diriku. Aku hanya minta wanita sebagai menantu Ibuku yang sudah tua dan sangat aku cintai Ya Allah. Sekali lagi bukan untukku Ya Tuhan. Maka, berikanlah ia menantu,” begitu doa Abu Nawas.
Barangkali karena keikhlasan dan “keluguan” Abu Nawas tersebut, Allah pun menjawab doanya.
Akhirnya Allah menakdirkan wanita cantik dan salihah itu menjadi istri Abu Nawas. Abu Nawas bersyukur sekali bisa mempersunting gadis pujaannya. Keluarganya pun berjalan mawaddah warahmah.
(detik.com)

Al-Malikah, Kisah Pelacur yang Menjadi Ahli Surga

Suatu ketika di suatu negeri, hiduplah seoarang wanita bernama Al-Malikah. Dia adalah wanita tunasusila keturunan Bani Israil. Al-Malikah dikenal di negerinya sebagai pelacur kelas atas. Bayaran yang ia peroleh juga cukup tinggi.
Kecantikannya sangat terkenal sehingga banyak pemuda yang menyukainya. Tidak terkecuali seorang pemuda bernama Abid. Abid sebenarnya pemuda miskin yang taat ibadah. Namun kepopuleran paras cantik Al-Malikah di seantero negeri rupanya telah menggoda keimanan sang pemuda untuk mencoba menikmati kecantikan Al-Malikah.
Sayangnya untuk bisa bertemu Al-Malikah, Abid harus mengeluarkan biaya sebesar 100 dinar. Karena besarnya uang bayaran itu, Abid harus bekerja sekuat tenaga untuk mengumpulkan uang. Dia ingin bertemu dengan ‘pujaan’ hatinya. Setelah uang terkumpul, datanglah Abid menemui Al-Malikah.
Namun sesuatu yang mengejutkan terjadi. Ketika Abid telah berada di hadapan Al-Malikah, tiba-tiba tubuhnya menjadi gemetar. Keringat bercucuran keluar dari sekujur tubuhnya. Yang terjadi, sang pemuda justru ingin lari dari tempat itu. Al-Malikah malah menjadi heran dengan tingkah Abid yang mendadak berubah.
Ketika Al-Malikah sudah berada di depannya, Abid justru teringat akan Rab-nya. “Aku takut kepada Allah, bagaimana aku mempertanggungjawabkan perbuatan maksiatku nanti,” kata Abid.
Ucapan Abid yang spontan malah membuat Al-Malikah terkejut. Entah bagaimana, ucapan Abid seakan menjadi wasilah yang memberi kesadaran kepada Al-Malikah. Di luar dugaan, hati Al-Malikah tersentuh oleh ucapan Abid yang polos itu.
Abid pun lantas pergi menjauh meninggalkan Al-Malikah. Kakinya langsung berjalan seribu langkah. Namun tanpa diduga, belum jauh Abid meninggalkan tempat itu, Al-Malikah mengejar dan menghentikan langkah Abid. Al-Malikah mencegah Abid. Tapi bukan untuk memaksa Abid untuk berzina. Yang dilakukan Al-Malikah justru meminta Abid menikahinya. Perempuan itu tiba-tiba menangis di depan Abid, sambil memohon-mohon. Tentu saja kini giliran tingkah Al-Malikah yang membuat heran Abid.
Bahkan dengan nada mengancam, Al-Malikah tidak akan melepaskan langkah Abid sebelum pemuda itu benar-benar berjanji menikahinya. Namun usaha Al-Malikah sia-sia. Abid berhasil menjauh hingga menghilang dari pandangan Al-Malikah.
Keteguhan iman sang pemuda rupanya telah menawan hati Al-Malikah. Kata-kata keimanan yang keluar dari mulut Abid benar-benar telah membuka hati, mata dan pikiran sang wanita. Usai pertemuan yang awalnya untuk bertransaksi maksiat kepada Allah itu, Al-Malikah bertekad untuk memperbaiki diri dan segera keluar ‘lembah hitam’ pekerjaannya. Tujuannya tak lain, menyempurnakan benih iman yang mulai tumbuh karena disiram ucapan sang pemuda. Dia pun mencari sang pemuda hingga ke pelosok.
Bertahun-tahun Al-Malikah berjalan keluar masuk kampung hanya untuk mencari sosok pemuda teguh iman yang pernah ditemuinya itu. Namun usaha yang dilakukan Al-Malikah kandas. Abid mengetahui jika sang wanita pelacur mencari-cari dirinya. Karena ketakutannya kepada Allah, maka Abid selalu menghindar dan bersembunyi. Karena ketakutannya yang luar biasa kepada Tuhannya itu, hingga membuat Abid pingsan lalu meninggal.
Kabar meninggalnya Abid ini rupanya sampai juga ke telinga Al-Malikah. Tentu saja kabar itu membuat Al-Malikah syok dan bersedih. Usahanya untuk dapat bersuamikan lelaki saleh harus kandas, sementara benih iman di hatinya baru saja tumbuh.
Al-Malikah lalu bergegas ke rumah tempat disemayamkannya Abid untuk bertakziyah. Tekadnya sudah bulat, memperbaiki diri dan keimanannya. Karena tekadnya itu, Al-Malikah lalu berniat menikahi saudara Abid. Dalam pandangannya, jika ucapan dan perilaku Abid dapat mempengaruhi dirinya, apalagi terhadap saudaranya yang lebih dekat itu. Pastilah, menurut Al-Malikah, saudara Abid juga memiliki keteguhan iman yang tak kalah kokohnya dengan Abid.
Ternyata saudara Abid menerima permintaan dari sang wanita paras cantik ini. Keduanya pun menikah, meskipun sebenarnya Al-Malikah tahu jika baik Abid maupun saudaranya adalah pemuda miskin. Bagi Al-Malikah yang sudah bertekad kuat, hal itu bukan penghalang. Iman di hati yang telah disiram Abid kini menjadi kekayaannya yang baru. Karena kekayan iman baginya lebih besar dari sekadar kekayaan duniawi.
Al-Malikah lalu hidup berbahagia dengan lelaki saleh, saudara Abid. Dikabarkan, Al-Malikah menjadi salah satu perempuan bani Israil calon penghuni surga.
(Dari berbagai sumber : detik.com)

Kalau Kamu Tidak Bisa Bertemu Denganku Maka Temuilah Abu Bakar!

Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya :
‘Abbad bin Musa menuturkan kepada saya. Dia berkata; Ibrahim bin Sa’d menuturkan kepada kami. Dia berkata; Ayahku mengabarkan kepadaku dari Muhammad bin Jubair bin Muth’im dari ayahnya, bahwa ada seorang perempuan yang bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang suatu perkara. Maka beliau menyuruh agar perempuan itu kembali lagi untuk menemuinya. Maka perempuan itu mengatakan, “Wahai Rasulullah, bagaimana jika saya datang tapi tidak bertemu dengan Anda?”. Ayahku -Jubair bin Muth’im- mengatakan, “Seolah-olah perempuan itu memaksudkan kematian.” Maka beliau (Nabi) menjawab, “Kalau kamu tidak bisa bertemu denganku maka temuilah Abu Bakar!”. (HR. Muslim dalam Kitab Fadha’il as-Shahabah, hadits no. 2386)
Hadits yang agung ini menyimpan banyak pelajaran, di antaranya :
  1. Muhammad bin Jubair bin Muth’im meriwayatkan hadits ini dari ayahnya yaitu Jubair bin Muth’im radhiyallahu’anhu. Hal ini biasa disebut dalam istilah ilmu hadits dengan ‘riwayatul abna’ ‘anil abaa” yaitu periwayatan anak dari ayahnya. Dan hal ini juga menunjukkan pentingnya pendidikan islam bagi anak-anak dan mengajarkan kepada mereka Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
  2. Hadits ini juga menunjukkan kepada kita hendaknya kita mengembalikan segala urusan kepada ahlinya. Sebagaimana yang Allah perintahkan kepada kita untuk bertanya kepada ulama jika tidak mengetahui suatu perkara
  3. Hadits  ini juga menunjukkan bahwa  suara perempuan bukanlah aurat.
  4. Hadits ini juga menunjukkan betapa pentingnya peran seorang mufti  dan  ahli ilmu yang mendalami ilmu din.
  5. Hadits ini juga menunjukkan sopan santun para sahabat ketika berbicara kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka menyebut beliau tidak dengan memanggil namanya langsung tapi dengan menyebut  sebagai “Rasulullah”.
  6. Hadits  ini mengandung isyarat yang sangat kuat  mengenai keberhakan Abu Bakar as-Shiddiq radhiyallahu’anhu untuk diangkat sebagai khalifah setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa  sallam wafat nantinya.
  7. Hadits ini menunjukkan bahwa  Abu Bakar  adalah orang yang paling dalam ilmunya setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
  8. Hadits  ini juga menunjukkan bahwa  hendaknya ilmu itu yang ‘didatangi’ bukan  yang ‘mendatangi’.
  9. Dan faidah lainnya yang belum saya ketahui, wallahu a’lam. Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.
sumber : muslim.or.id

Pelajaran Berharga Dari Imam Bukhari

Nama Imam Bukhari bukanlah nama yang asing bagi kita. Seorang ulama ahli hadits yang mendapat julukan Amirul Mukminin fil Hadits. Para ulama pun menyatakan bahwa kitabnya Shahih Bukhari adalah kitab yang paling sahih setelah al-Qur’an. Kemudian, setelah itu diikuti oleh kitab muridnya, yaitu kitab Shahih karya Imam Muslim. Semoga Allah merahmati mereka berdua.

Meskipun demikian, itu bukan berarti perjalanan hidup Sang Imam mulus begitu saja. Ada saja terpaan fitnah yang melanda beliau, bersama dengan kemuliaan dan kebesaran yang beliau miliki. Tatkala fitnah tentang aqidah/keyakinan bahwa al-Qur’an makhluk telah disalahalamatkan kepada beliau oleh sebagian orang yang tidak bertanggung jawab. Padahal, keyakinan al-Qur’an makhluk merupakan keyakinan sekte sesat yang amat terkenal di masa itu, yaitu Jahmiyah!
Pengantar Sebelum Menyimak Kisah Beliau
al-Qur’an adalah kalam/ucapan Allah. Ini sudah jelas. Akan tetapi, bolehkah kita katakan bahwa pelafalan al-Qur’an itu makhluk, atau bukan makhluk, atau harus diam dalam persoalan ini?!

Jawaban yang lebih tepat, memberikan hukum umum dalam permasalahan ini, yaitu dengan serta merta menolak atau menerima pernyataan ‘pelafalan al-Qur’an adalah makhluk’ adalah tidak tepat. Sebab hal ini harus dirinci terlebih dahulu. Jika yang dimaksud dengan pelafalan itu adalah perbuatan (fi’il) mengucapkannya yang hal itu termasuk perbuatan hamba maka jelas ini adalah makhluk. Karena hamba beserta perbuatannya adalah makhluk. Namun, apabila yang dimaksud dengan pelafalan itu adalah ucapan yang dilafalkan (maf’ul) maka itu adalah kalam/ucapan Allah dan bukan makhluk. Karena kalam Allah merupakan salah satu sifat-Nya, sedangkan sifat-Nya bukan makhluk.
Perincian semacam ini telah diisyaratkan oleh Imam Ahmad. Imam Ahmad mengatakan,“Barangsiapa yang berpendapat bahwa lafalku dalam membaca al-Qur’an adalah makhluk dan yang dia maksud dengannya adalah al-Qur’an maka dia adalah penganut paham Jahmiyah.”Perkataan Imam Ahmad ‘dan yang dia maksud adalah al-Qur’an’ menunjukkan bahwa apabila yang dia maksudkan bukanlah al-Qur’an akan tetapi perbuatan melafalkan yang ini merupakan perbuatan manusia, maka orang yang mengucapkannya tidak bisa dicap sebagai penganut paham Jahmiyah.
(Diambil dari Fathu Rabbil Bariyyah hal. 70 cet. Dar Ibnul Jauzi).
Fitnah Yang Menimpa Sang Imam

Pada tahun 205 H, Imam Bukhari datang ke Naisabur. Beliau menetap di sana selama beberapa waktu dan terus beraktifitas mengajarkan hadits. Muhammad bin Yahya adz-Dzuhli -tokoh ulama di kota itu dan juga salah satu guru Imam Bukhari- mengatakan kepada murid-muridnya, “Pergilah kalian kepada lelaki salih dan berilmu ini, supaya kalian bisa mendengar ilmu darinya.” Setelah itu, orang-orang pun berduyun-duyun mendatangi majelis Imam Bukhari untuk mendengar hadits darinya. Sampai, suatu ketika muncul ‘masalah’ di majelis Muhammad bin Yahya, dimana orang-orang yang semula mendengar hadits di majelisnya berpindah ke majelisnya Imam Bukhari.
Sebenarnya, sejak awal, Imam adz-Dzuhli tidak menghendaki terjadinya masalah antara dirinya dengan Imam Bukhari, semoga Allah merahmati mereka berdua. Beliau pernah berpesan kepada murid-muridnya, “Janganlah kalian tanyakan kepadanya mengenai masalah al-Kalam (keyakinan tentang al-Qur’an kalamullah, pent). Karena seandainya dia memberikan jawaban yang berbeda dengan apa yang kita anut pastilah akan terjadi masalah antara kami dengan beliau, yang hal itu tentu akan mengakibatkan setiap Nashibi (pencela ahli bait), Rafidhi (syi’ah), Jahmi, dan penganut Murji’ah di Khurasan ini menjadi mengolok-olok kita semua.”

Ahmad bin ‘Adi menuturkan kisah dari guru-gurunya, bahwa kehadiran Imam Bukhari di kota itu membuat sebagian guru yang ada di masa itu merasa hasad/dengki terhadap beliau. Mereka menuduh  Bukhari berpendapat bahwa al-Qur’an yang dilafalkan adalah makhluk. Suatu ketika muncullah orang yang menanyakan kepada beliau mengenai masalah melafalkan al-Qur’an. Orang itu berkata, “Wahai Abu Abdillah, apa pandanganmu mengenai melafalkan al-Qur’an; apakah ia makhluk atau bukan makhluk?”. Setelah mendengar pertanyaan itu, Bukhari berpaling dan tidak mau menjawab sampai tiga kali pertanyaan. Orang itu pun memaksa, dan pada akhirnya Bukhari menjawab,“al-Qur’an adalah Kalam Allah, bukan makhluk. Sementara perbuatan hamba adalah makhluk. Dan menguji seseorang dengan pertanyaan semacam ini adalah bid’ah.” Yang menjadi sumber masalah adalah tatkala orang itu secara gegabah menyimpulkan, “Kalau begitu, dia -Imam Bukhari- berpendapat bahwa al-Qur’an yang aku lafalkan adalah makhluk.” Dalam riwayat lain, Bukhari menjawab, “Perbuatan kita adalah makhluk. Sedangkan lafal kita termasuk perbuatan kita.” Hal itu menimbulkan berbagai persepsi di antara hadirin. Ada yang mengatakan, “Kalau begitu al-Qur’an yang saya lafalkan adalah makhluk.” Sebagian yang lain membantah, “Beliau tidak mengatakan demikian.” Akhirnya, timbullah kesimpang-siuran dan kesalahpahaman di antara para hadirin.
Tatkala kabar yang tidak jelas ini sampai ke telinga adz-Dzuhli, beliau pun berkata, “al-Qur’an adalah kalam Allah, bukan makhluk. Barangsiapa yang menganggap bahwa al-Qur’an yang saya lafalkan adalah makhluk -padahal Imam Bukhari tidak menyatakan demikian, pent- maka dia adalah mubtadi’/ahli bid’ah. Tidak boleh bermajelis kepadanya, tidak boleh berbicara dengannya. Barangsiapa setelah ini pergi kepada Muhammad bin Isma’il -yaitu Imam Bukhari- maka curigailah dia. Karena tidaklah ikut menghadiri majelisnya kecuali orang yang sepaham dengannya.”
Semenjak munculnya ketegangan di antara adz-Dzuhli dan Bukhari ini maka orang-orang pun bubar  meninggalkan majelis Imam Bukhari kecuali Muslim bin Hajjaj -Imam Muslim- dan Ahmad bin Salamah. Saking kerasnya permasalahan ini sampai-sampai Imam adz-Dzuhli menyatakan,“Ketahuilah, barangsiapa yang ikut berpandangan tentang lafal -sebagaimana Bukhari, pent- maka tidak halal hadir dalam majelis kami.” Mendengar hal itu, Imam Muslim mengambil selendangnya dan meletakkannya di atas imamah/penutup kepala yang dikenakannya, lalu beliau berdiri di hadapan orang banyak meninggalkan beliau dan dikirimkannya semua catatan riwayat yang ditulisnya dari Imam adz-Dzuhli di atas punggung seekor onta. Ada sebuah pelajaran berharga dari Imam Muslim dalam menyikapi persengketaan yang terjadi diantara kedua imam ini. al-Hafizh Ibnu Hajarrahimahullah berkata, “Muslim telah bersikap adil tatkala dia tidak menuturkan hadits di dalam kitabnya -Shahih Muslim-, tidak dari yang ini -Bukhari- maupun yang itu -adz-Dzuhli-.”
Pada akhirnya, Imam Bukhari pun memutuskan untuk meninggalkan Naisabur demi menjaga keutuhan umat dan menjauhkan diri dari gejolak fitnah. Beliau menyerahkan segala urusannya kepada Allah. Allah lah Yang Maha mengetahui keadaan hamba-hamba-Nya. Sebab beliau tidaklah menyimpan ambisi kedudukan maupun kepemimpinan sama sekali. Imam Bukhari berlepas diri dari tuduhan yang dilontarkan oleh orang-orang yang hasad kepadanya. Suatu saat, Muhammad bin Nashr al-Marruzi menceritakan: Aku mendengar dia -Bukhari- mengatakan, “Barangsiapa yang mendakwakan aku berpandangan bahwa al-Qur’an yang aku lafalkan adalah makhluk, sesungguhnya dia adalah pendusta. Sesungguhnya aku tidak berpendapat seperti itu.”

Abu Amr Ahmad bin Nashr berusaha menelusuri permasalahan ini kepada Imam Bukhari. Dia berkata,“Wahai Abu Abdillah, di sana ada orang-orang yang membawa berita tentang dirimu bahwasanya kamu berpendapat al-Qur’an yang aku lafalkan adalah makhluk.” Maka Imam Bukhari menjawab,“Wahai Abu Amr, hafalkanlah ucapanku ini; Siapa pun diantara penduduk Naisabur dan negeri-negeri yang lain yang mendakwakan bahwa aku berpendapat al-Qur’an yang aku lafalkan adalah makhluk maka dia adalah pendusta. Sesungguhnya aku tidak pernah mengatakan hal itu. Yang aku katakan adalah perbuatan hamba adalah makhluk.”
(Kisah ini disusun ulang dari Hadyu as-Sari Muqaddimah Fath al-Bari, hal. 658-659)

Abdullah anak Imam Ahmad berkata: Aku pernah bertanya kepada ayahku rahimahullah. Aku berkata, “Apa pendapatmu mengenai orang yang mengatakan bahwa tilawah adalah makhluk dan lafal kita dengan al-Qur’an adalah makhluk, sedangkan al-Qur’an adalah kalamullah dan bukan makhluk? Apa pendapatmu tentang sikap menjauhi orang seperti ini? Apakah dia layak disebut sebagai ahli bid’ah?”. Beliau menjawab, “Orang semacam ini semestinya dijauhi. Itu adalah ucapan ahli bid’ah. Dan itu merupakan perkataan kaum Jahmiyah.” (lihat as-Sunnah karya Abdullah bin Ahmad, no. 178). Abdullah juga mengatakan, “Aku mendengar ayahku rahimahullah berkata: Barangsiapa yang mengatakan bahwa lafalku dengan al-Qur’an adalah makhluk maka dia adalah penganut Jahmiyah.” (lihat as-Sunnah karya Abdullah bin Ahmad, no. 180)
Ketika membahas tentang biografi sekilas Imam Bukhari di dalam kitabnya Jarh wa Ta’dilAbdurrahman bin Abi Hatim rahimahullah berkata, “Ayahku -Abu Hatim- dan Abu Zur’ah mendengar hadits darinya. Kemudian mereka berdua meninggalkan haditsnya, yaitu ketika Muhammad bin Yahya an-Naisaburi mengirimkan surat kepada mereka berdua yang menceritakan bahwasanya di daerah mereka -Naisabur- dia menampakkan pemahaman bahwa lafalnya dengan al-Qur’an adalah makhluk.” (lihat al-Jarh wa at-Ta’dil VII/191).
Imam adz-Dzahabi rahimahullah telah membantah perkataan ini dalam kitabnya Siyar A’lam an-Nubala’. Beliau berkata, “Apabila mereka berdua meninggalkan haditsnya, ataupun tidak meninggalkannya, maka Bukhari tetap saja seorang yang tsiqah/terpercaya, kredibel, dan riwayatnya dijadikan hujjah di seluruh penjuru dunia.” (lihat Dhawabith al-Jarh wa at-Ta’dil ‘inda al-Hafizh adz-Dzahabi II/633 risalah magister karya Abu Abdirrahman Muhammad ats-Tsani)
Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa jarh/celaan dari sebagian ulama yang ditujukan kepada Imam Bukhari tidak bisa diterima. Imam Ahmad  rahimahullah berkata, “Setiap orang yang telah terbukti kuat keadilan/kredibilitasnya maka tidak boleh diterima tajrih/celaan kepada dirinya dari siapa pun hingga perkara itu diterangkan kepadanya sampai pada suatu keadaan yang tidak ada lagi kemungkinan yang lain kecuali memang harus menjatuhkan jarh/celaan kepadanya.” (lihatDhawabith al-Jarh wa at-Ta’dil ‘inda al-Hafizh adz-Dzahabi II/634)

Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi
Artikel Muslim.Or.Id

Jumat, 20 Juli 2012

Fenonema Facebook (Rugi Jika Tak Baca)

HATI HATI TULIS STATUS MULUTMU HARIMAUMU
STATUSMU DAN INBOXMU DICATAT OLEH MALAIKAT
“INGATLAH JIKA PERBUATAN DAN HATI AKAN DIHISAB DI AQHIRAT NANTI” [ 21:1]
Tanpa kita sadari, setan menggangu kita melalui situs ini. Jika kita tidak berhati-hati dan koreksi diri kita dapat terjerumus dalam berbagai dosa & maksiat. Demi Masa, sesungguhnya manusia dalam keadaan merugi, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
Ketika perpecahan keluarga menjadi tontonan yang ditunggu dalam sebuah episode infotainment setiap hari.
Ketika aib seseorang ditunggu-tunggu ribuan mata bahkan jutaan dalam berita-berita media massa.
Ketika seorang celebritis dengan bangga menjadikan kehamilannya di luar pernikahan yang sah sebagai ajang sensasi setan yang ditunggu-tunggu …’siapa calon bapak si jabang bayi?’
Ada kabar yang lebih menghebohkan, lagi-lagi seorang celebritis yang belum resmi berpisah dengan suaminya, tanpa rasa malu berlibur, berjalan bersama pria lain, dan dengan mudahnya mengolok-olok suaminya.
Wuiih……mungkin kita bisa berkata ya wajarlah artis, kehidupannya ya seperti itu, penuh sensasi. Kalau perlu dari mulai bangun tidur sampai tidur lagi, aktivitasnya diberitakan dan dinikmati oleh publik.
Wuiiih……ternyata sekarang bukan hanya artis yang bisa seperti itu, sadar atau tidak, ribuan orang sekarang sedang menikmati aktivitasnya, apapun, diketahui orang , dikomentarin orang bahkan mohon maaf ….’dilecehkan’ orang, dan herannya perasaan yang didapat adalah kesenangan.
Fenomena itu bernama facebook , setiap saat para facebooker meng update statusnya agar bisa dinikmati dan dikomentarin lainnya. Lupa atau sengaja hal-hal yang semestinya menjadi konsumsi internal keluarga, menjadi kebanggaan di statusnya. Lihat saja beberapa status facebook :
Seorang wanita menuliskan “Hujan-hujan malam-malam sendirian, enaknya ngapain ya…..?” —— kemudian puluhan komen bermunculan dari lelaki dan perempuan, bahkan seorang lelaki temannya menuliskan “Mau ditemanin? Dijamin puas deh…”
Seorang wanita lainnya menuliskan “Bangun tidur, badan sakit semua, biasa….habis malam jumat ya begini…” kemudian komen2 nakal bermunculan…
Ada yang menulis “ bete nih di rumah terus, mana misua jauh lagi…. ”, —-kemudian komen2 pelecehan bermunculan.
Ada pula yang komen di wall temannya “ eeeh ini si anu ya …., yang dulu dekat dengan si itu khan? Aduuh dicariin tuh sama si itu….” —-lupa klu si anu sudah punya suami dan anak-anak yang manis.
Yang laki-laki tidak kalah hebat menulis statusnya “habis minum jamu nih…., ada yang mau menerima tantangan ? ’—-langsung berpuluh2 komen datang.
Ada yang hanya menuliskan, “lagi bokek, kagak punya duit…”
Ada juga yang nulis “ mau tidur nih, panas banget…bakal tidur pake dalaman lagi nih ” .
Dan ribuan status-status yang numpang jahilliyah dan pengen ada komen-komen dari lainnya.
Dan itu sadar atau tidak sadar dinikmati oleh indera kita, mata kita, telinga kita, bahkan pikiran kita.
Ada yang lebih kejam dari sekedar status facebook, dan herannya seakan hilang rasa empati dan sensitifitas dari tiap diri terhadap hal-hal yang semestinya di tutup dan tidak perlu di tampilkan.
Seorang wanita dengan nada guyon mengomentarin foto yang baru sj di upload di albumnya, foto-foto saat SMA dulu setelah berolah raga memakai kaos dan celana pendek…..padahal sebagian besar yg di dalam foto tersebut sudah berjilbab
Ada seorang karyawati mengupload foto temannya yang sekarang sudah berubah dari kehidupan jahiliyah menjadi kehidupan islami, foto saat dulu jahiliyah bersama teman2 prianya bergandengan dengan ceria….
Ada pula seorang pria meng upload foto seorang wanita mantan kekasihnya dulu yang sedang dalam kondisi sangat seronok padahal kini sang wanita telah berkeluarga dan hidup dengan tenang.
Rasanya hilang apa yang diajarkan seseorang yang sangat dicintai Allah…., yaitu Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, Rasulullah kepada umatnya. Seseorang yang sangat menjaga kemuliaan dirinya dan keluarganya . Ingatkah ketika Rasulullah bertanya pada Aisyah radhiyallahu ‘anha:
“ Wahai Aisyah apa yang dapat saya makan pagi ini?” maka Istri tercinta, sang Humairah, sang pipi merah Aisyah menjawab, “ Rasul, kekasih hatiku, sesungguhnya tidak ada yang dapat kita makan pagi ini”. Rasul dengan senyum teduhnya berkata, “Baiklah Aisyah, aku berpuasa hari ini”. Tidak perlu orang tahu bahwa tidak ada makanan di rumah rasulullah….
Ingatlah Abdurahman bin Auf radhiyallahu ‘anhu mengikuti Rasulullah berhijrah dari mekah ke madinah, ketika saudaranya menawarkannya sebagian hartanya, dan sebagian rumahnya, maka abdurahman bin auf mengatakan, tunjukan saja saya pasar. Kekurangannya tidak membuat beliau kehilangan kemuliaan hidupnya. Bahwasanya kehormatan menjadi salah satu indikator keimanan seseorang, sebagaimana Rasulullah, bersabda, “Malu itu sebahagian dari iman”. (Bukhari dan Muslim).
Dan fenomena di atas menjadi Tanda Besar buat kita umat Islam, hegemoni ‘kesenangan semu’ dan dibungkus dengan ‘persahabatan fatamorgana’ ditampilkan dengan mudahnya celoteh dan status dalam facebook yang melindas semua tata krama tentang malu, tentang menjaga Kehormatan Diri dan keluarga .
Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan dengan sindiran keras kepada kita
“Apabila kamu tidak malu maka perbuatlah apa yang kamu mau.” (Bukhari).
Arogansi kesenangan semakin menjadi-jadi dengan tanpa merasa bersalah mengungkit kembali aib-aib masa lalu melalui foto-foto yang tidak bermartabat yang semestinya dibuang saja atau disimpan rapat.
Bagi mereka para wanita yang menemukan jati dirinya, dibukakan cahayanya oleh Allah sehingga saat di masa lalu jauh dari Allah kemudian ter inqilabiyah – tershibghoh, tercelup dan terwarnai cahaya ilahiyah, hatinya teriris melihat masa lalunya dibuka dengan penuh senyuman, oleh orang yang mengaku sebagai teman, sebagai sahabat.
Maka jagalah kehormatan diri, jangan tampakkan lagi aib-aib masa lalu, mudah-mudahan Allah menjaga aib-aib kita.
Maka jagalah kehormatan diri kita, simpan rapat keluh kesah kita, simpan rapat aib-aib diri, jangan bebaskan ‘kesenangan’, ‘gurauan’ membuat Iffah kita luntur tak berbekas.
catatan
***” Iffah (bisa berarti martabat/kehormatan) adalah bahasa yang lebih akrab untuk menyatakan upaya penjagaan diri ini. Iffah sendiri memiliki makna usaha memelihara dan menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak halal, makruh dan tercela.”
Beberapa orang sering dgn mudahnya meng-up date status mereka dgn kata-kata yg tidak jelas” entah apa tujuannya selain untuk numpang beken, cari perhatian dan pengin ada komen-komen dari lainnya”.
> Dingin . . .
> B.E.T.E. . . .
> Capek
> Puanass buaget neh !
> Arghhh .. . !!!!
> Gile tuh org !
> . . .
> Aku masih menanti . . .
etc….
_______________________________________________#
Mohon kiranya untuk men-tag ataupun men-sharing artikel ini dengan orang yang Anda kasihi demi kebaikan kita bersama.
“Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga.”( HR Muslim)
Apabila ada kebaikan dalam catatan ini, maka sebaiknya mari kita SEBARKAN untuk dibaca oleh orang yg kita cintai
“Orang yang menyeru (menyuruh/menasehatkan) kepada kebaikan akan memperoleh pahala seperti orang yang mengamalkan seruannya, tanpa mengurangi pahala orang yang mengamalkan sedikitpun. Sebaliknya, orang yang menyeru kejahatan akan mendapatkan dosa seperti orang yang mengamalkannya, tanpa mengurangi dosa orang yang mengamalkannya sedikitpun.” (HR. Muslim)
(M. H. Anggana Deh)

Wahai Suami, Dengarlah Cerita Isterimu!

Hidayatullah.com—Umumnya kita segera pulang ke rumah usai kesibukan kerja di kantor yang sangat menguras tenaga. Ada juga dikalangan kita yang pulang ke rumah hanya sekedar ganti baju, lalu kembali ke lapangan olah raga, berkumpul dengan teman geng,  atau teman-teman perkumpulan.
Tak kurang sebagaian dari kita yang pulang dan menyegerakan mandi dan menuju halaman untuk mengurus tanaman atau hewan piaraan kesayangan.

Saat kita pulang,  hanya anak-anak terlihat menyambut di pintu. Sementara isteri yang “full time house wife” itu masih melanjutkan kesibukannya yang sangat padat sejak pagi; melipat baju, menyetrika, membersihkan halaman ataumengepel lantai.

Tak nampak ada drama seperti layaknya di sinetron, bagaimana istri menyambut dan menyediakan minuman untuk suaminya, sambil suami merebahkan badan di sofa empuk “italian set” nya.
Bagi isteri yang juga wanita karir, berharap pulang secepatnya. Sepanjang perjalanan berharap agar badan segera berada di depan pintu. Namun ketika tiba di rumah, masing-masing ternyata masih juga dengan urusannya sendiri.  Alangkah ruginya kita menpunyai pasangan yang halal tetapi hubungan kita seperti “bukan muhrim“, seolah bukan suami-istri.

Sudah lebih delapan jam lamanya kita meninggalkan rumah dan sibuk berjibaku dengan urusan kantor, masih pula ditambah dengan hubungan yang hambar di rumah. Tentu tak ada yang kita nikmati keindahan berkeluarga. Sebagaimana kata-kata hikmah yang mengatakan,  “Rumahku Syurgaku“.

Mengapa bisa terjadi demikian? Mari kita lihat bersama. Saat masih baru menikah, istri kita selalu menyambut tepat di depan pintu dengan senyum manisnya dan memimpin kita ke kursi bahkan ke bilik tidur. Saat-saat itu, tak lupa ia bercerita banyak hal tentang peristiwa-peristiwa yang dialami sepanjang hari.

Macam-macam ceritanya. Kadang tak terlalu penting untuk kita dengar.  Tetapi, saat itu kita dengan rela menyediakan waktu secara seksama mendengarkannya.  Bahkan dengan penuh perasaan. Tetapi, kebiasaan seperti itu terjadi ketika masih menikmati awal keindahan pernikahan. Tetapi seiring waktu berlalu, semuanya itu hanya tinggal kenangan.
Wahai suami-suami yang dimuliakan,

Memang kita lebih sibuk dari dia. Boleh jadi kita lebih banyak memikirkan masalah. Bahkan mungkin jauh lebih berat dari dia. Entah urusan masyarakat, politik sampai negara. Memang rasanya malas mendengar ceritanya, apalagi jika itu hanya urusan-urusan kecil.Tetapi, pernahkah kita pikirkan hasilnya jika kita mendengar barang sekejab saja saat kita sampai di rumah?

Bahkan ketika di masa awal pernikahan dulu,  di saat kita terbiasa menjadi pendengar yang baik, meluangkan waktu sekedar lima menit untuk mendengar ceritanya, rasanya ada energi yang ia peroleh. Bahkan mengangguk-angguk dan berpura-pura setuju atas semua ceritanya  membuat suasana seperti lain. Dia seolah merasakan satu-satunya orang yang beruntung dan paling bergembira hari itu.

Suasana ini otomatis akan berbalas dengan perasaan nyaman baginya. Tentusaja berakibat pada pelayanan dan belaian kasih mesra. Kusut-masai selama separoh harinya yang ia gunakan untuk membersihkan lantai, merapikan rumah dan memasak menu kegemaran kita, akan terurai hanya sekejab atas kesanggupan kita mendengarnya senua cerita ‘tidak pentingnya’ itu.

Tak butuh waktu lama wahai para suami, hanya lima menit saja yang perlu kita luangkan untuknya, tetapi dampaknya 24 jam untuk hari berikutnya. Begitulah seharusnya kita jaga harmonisasi ini.

Niatkan di hati kita untuk mendengar ceritanya saat di rumah. Jika kurang begitu penting, hindarilah singgah untuk membuang waktu yang sesungguhnya milik keluarga. Apalagi nongrong di cafe, makan dan minum dengan rekan kantor atau teman yang hanya akan menyebabkan perasaan isteri kita terluka.

Ingatlah, ia telah berusaha semaksimal mungkin menarik hatimu, namun ketika engkau sampai di rumah semuanya seolah kita tak perlu pelayannya. Apalagi ketika pulang, dirimu sudah dalam keadaan kenyang dan dia hanya melewatkan masa-masa indah makan bersama itu sendirian.

Tak ada salahnya bertanya hal-hal remeh padanya, “Ada berita baik apakah hari ini?” dan dengarkan apa yang ingin ia keluhkan. Yakinlah, sebulan saja kita amalkan, istri mu akan kembali bangkit energinya.

Tak lama, istri dan anakmu telah siap menyambut di depan pintu dengan senyumannya yang menggoda. Tentu saja yang beruntung bukan orang lain, tapi dirimu juga.

Ayah… Ceritakanlah Kepadaku Perihal Muslimah Sejati

Seorang gadis kecil bertanya kepada ayahnya : “Ayah… ceritakanlah kepadaku perihal muslimah sejati”.
Si ayah pun menolehkan mukanya seraya melontarkan senyuman manisnya ke arah anak kecilnya itu. “Anakku… Seorang muslimah yang sejati bukanlah dilihat dari kecantikan dan keayuan paras wajahnya semata-mata. Wajahnya hanyalah satu peranan yang teramat kecil saja. Tetapi, muslimah yang sejati dilihat dari kecantikan dan ketulusan hatinya yang tersembunyi. itulah yang terbaik”.

Allah tidak melihat kepada tubuh kalian dan tidak pula kepada bentuk kalian. Allah hanya melihat kepada hati dan perbuatan kalian. (Hadis riwayat Muslim)

Si ayah terus menyambung…
“Muslimah sejati juga tidak dilihat dari bentuk tubuh badannya yang mempersonakan, tetapi dilihat dari sejauh mana ia menutupi bentuk tubuhnya yang mempersona itu. Muslimah sejati bukanlah dilihat dari sebanyak manakah kebaikan yang diberikannya, tetapi dari keikhlasan ketika ia memberikan segala kebaikan itu. Muslimah sejati bukanlah dilihat dari seberapa indah lantunan suaranya, tetapi dilihat dari apa yang sering mulutnya bicarakan. Muslimah sejati bukan dilihat dari keahliannya berbahasa, tetapi dilihat dari bagaimana caranya ia berbicara dan berhujjah kebenaran”.

Berdasarkan ayat 31, surah An-Nuur, Abdullah ibn Abbas, Ibn Omar, Atha, Ikramah dan lain-lainnya berpendapat : Seseorang wanita Islam hanya boleh mendedahkan wajah, dua tapak tangan dan cincinnya di hadapan lelaki yang bukan mahramnya. (As-Syeikh Said Hawa di dalam kitabnya Al-Asas fit Tafsir)

“Janganlah perempuan-perempuan itu terlalu lunak dalam berbicara sehingga berkeinginan (menghairahkan) orang yang ada perasaan dalam hatinya, tetapi ucapkanlah perkataan-perkataan yang baik”. (Surah Al-Ahzab : 32)

Si ayah diam sejenak sambil melihat kepada wajah manis puteri kecilnya itu.

“Lantas apa lagi ayah?” Sahut puteri kecil terus ingin tahu.

“Ketahuilah wahai puteriku… Muslimah sejati bukan dilihat dari keberaniannya dalam berpakaian grand tetapi dilihat dari sejauh mana ia berani mempertahankan kehormatannya melalui apa yang dipakainya. Muslimah sejati bukan dilihat dari kekhawatirannya digoda orang di tepi jalanan tetapi dilihat dari kekhawatiran dirinyalah yang mengundang orang lain jadi tergoda. Muslimah sejati bukanlah dilihat dari seberapa banyak dan besarnya ujian yang ia jalani tetapi dilihat dari sejauh mana ia menghadapi ujian itu dengan penuh rasa ridha dan kehambaan kepada Rabb-nya. Dan ia sentiasa bersyukur dengan segala karunia yang diberikan.”

“Dan katakanlah kepada perempuan-perempuan mukmin, hendaklah mereka menundukkan pandangan mereka dan menjaga kemaluan mereka (tidak berzina atau mendekati zina)”. (Surah An-Nuur : 31)

“Dan ingatlah anakku…Muslimah sejati bukanlah dilihat dari sifat mesranya dalam bergaul, tetapi dilihat dari sejauh mana ia mampu menjaga kehormatan dirinya dalam bergaul”.

“Sesungguhnya kepala yang ditusuk dengan besi itu lebih baik daripada menyentuh kaum yang bukan sejenis yang tidak halal baginya”. (Hadis Riwayat At-Tabrani dan Baihaqi)

Setelah itu si anak kembali bertanya, “Siapakah yang memiliki kriteria seperti itu ayah…? Bolehkah saya menjadi sepertinya…? Mampukah dan layakkah saya ayah…?

Si ayah memberikannya sebuah buku dan berkata, “Pelajarilah mereka…! Supaya kamu berjaya nanti. insyaAllah kamu juga boleh menjadi muslimah yang sejati dan wanita yang sholehah kelak. Malah, semua wanita boleh”.

Si anak pun segera mengambil buku tersebut lalu terlihatlah sebaris perkataan berbunyi ISTERI RASULULLAH…

“Apabila seorang perempuan itu sembahyang lima waktu, puasa di bulan Ramadhan, menjaga kehormatannya dan mentaati suaminya, maka masuklah ia ke dalam syurga daripada pintu-pintu yang ia kehendakinya”. (Riwayat Al-Bazzar)

Sebuah Kisah Nyata Ust. Yusuf Mansur

Di suatu perjalanan dari Sukabumi menuju Jakarta, 3 bulan yang lalu, sebelum bulan Romadhon
Saat tertidur di perjalanan, terbangunlah Ust. Yusuf Mansur (di bangunkan Alloh SWT) dengan rasa kepingin pipis. Tidak jauh di depan ada sebuah SPBU, diputuskanlah untuk buang air kecil di SPBU tersebut.
Setelah mobil di parker dan turun dari mobil, terlihat berlari tergopoh-gopoh seorang satpam SPBU menghampirinya.
”Assalammualaikum pak ustad” salam si satpam.
“waalaikumsalam”, ustad menjawab.
“begini pak ustad saya ingin cerita alias ngobrol-ngobrol dengan pak ustad”, sambar si satpam. “oh ya pak nanti ya setelah saya buang air kecil, tunggu dulu aja disini sebentar”,kata ustad Yusuf sembari dia berjalan menuju toilet. Akan tetapi si satpam bukannya menunggu malahan dia mengikuti di belakang ustad, si Ustad pun mengulangi perkataannya,
”pak tunggu aja sebentar ga lama ko”.
Si satpampun nyengir sembari berkata,”saya mau solat asar dulu pak”. Ustad melihat jam tangannya yang menunjuk jam 16.55.
”baru mau solat asar? Ya sudah cepet waktu asar bentar lagi habis”. “ya pak, waktu tugas saya baru selesai jadi baru sempet solat”, jawab si satpam.
Di dalam toilet setelah selesai buang air kecil ustad Yusuf merenenung, “tadi tertidur terus kebangun karena pingin pipis, pas ada SPBU, terus mampir, terus ketemu si satpam. Pasti Allah SWT sudah menjodohkan saya dengan si satpam itu tadi. Ya sudah akan saya dengar dia mau cerita apa.”
Ustad Yusuf di ajak ngobrol di kantin SPBU
“Begini pak ustad saya udah bosen kerja di sini, saya ga betah”, kata si satpam
“lho ga betah? Udah berapa lama kerja di sini?”, Tanya Ustad
“udah 7 tahun pak”, jawab si satpam
“nah itu betah namanya,kerja udah 7 tahun”, kata ustad lagi
“bukan gitu pak, habis ga ada kerjaan lain pak”,
“terus kenapa bisa ga betah?”
“gajinya kecil pak ustad”
“emang berapa gaji?”
“gaji perbulan saya 1,7 jt”
“Alhamdulillah, segitu kurang pak?, bapak udah punya istri dan anak? pasti ada yang salah dengan bapak”, sambar Ustad Yusuf
Si satpampun nyengir kuda,”hehe,saya ambil motor pak dan saya punya istri dan seorang anak”
“ya benar tebakan saya, emang uang cicilannya berapa per bulan?”
“925.000 per bulan pak”. (pantes aja gaji kagak cukup,itu namanya besar pasak dari pada tiang)
“saya pingin hidup saya berubah pak ustad ga gini-gini aja”, lanjut si satpam.
“ada 2 syarat kalau anda pingin berubah. Yang pertama benerin dulu tuh solat bapak, bagai mana mau berubah kalo solat aja telat. Solatlah tepat pada waktunya, begitu suara adzan terdengar maka berhentilah dari semua aktivitas, bergegas ambil wudhu dan kerjakaan sholat.”
Sholat asar kurang lebih jam 15.00, tapi anda mengerjakan pukul 17.00, berarti bapak telat 2 jam. Sehari 5 waktu sholat, 2 x 5 = 10 jam, sebulan 10 x 30 = 300 jam (12,5 hari), setahun 12,5 x 12 = 150 hari (5 bln), masa kerja 7 x 5 = 35 bln (3 th). Itu baru di kali waktu kerja bapak 7 thn di SPBU, kalo di kali umur bapak sesudah masa baligh sampe sekarang? Udah habis waktu bapak sia-siakan, percepatan waktu bapak jelas kalah dengan teman-teman bapak, sodara-sodara bapak yang menunaikan ibadah solat tepat pada waktunya. Yang lain udah naik pesawat, bapak masih naik sepeda aja. Yang lain udah hidup enak bapak masih gini-gini aja.”, papar ustad Yusuf
Sambil manthuk-manthuk si satpam bertanya lagi,”syarat yang ke 2 apa pak ustad?”.
“yang ke 2 berinfak dan bersodakohlah kamu, sisihkanlah dari penghasilan bapak”.
Si satpampun nyamber,”OK pak saya mau benerin solat saya tapi untuk syarat yang ke 2 saya ga sanggup pak ustad, gimana mau infak dan sodakoh? Penghasilan saya aja pas-pasan bahkan kurang pak ustad”.
Sambil geleng-geleng pak ustad berkata,“semua makhluk yang ada di jagat raya ini sudah di atur rejekinya masing-masing oleh Alloh SWT, hewan-hewan dan tumbuhan tak terkecuali. Jangankan orang yang bekerja, pengangguran aja sudah di bagi rejekinya, apalagi yang bekerja, saya mau nanya, mana ada sekarang pengangguran yang tidak makan sehari-harinya?? Pasti makan, kalo ada yang tidak atau kurang makan, silahkan datang ke rumah saya untuk makan. Namanya syarat berarti wajib, mau berubah nasibnya ga?,
” mau pak ustad, tapi berapa sedekahnya ?”
” sebulan gaji deh ”
” sebulan gaji ? terus makan keluarga saya ?”
” gini aja bapak bilang ke atasan, bon dulu uang gaji bulan depan untuk infak dan sodakoh”. Si satpam terbengong-bengong, pertentangan batin sangatlah kuat antara iklas dan tidak, pecahlah itu perang baratayudha di dalam hatinya. Dan akhirnya sambil menghela nafas panjang si satpam berkata,”baiklah pak ustad 2 syarat tadi akan saya laksanakan dengan sebaik-baiknya, terimakasih pak ustad saya udah mengganggu waktu ustad.
“Alhamdulillah, nggak apa-apa, lakukanlah syarat tadi dengan semata-mata mengharap ridho Alloh SWT.”
Berpisahlah si satpam dengan Ustad Yusuf Mansyur.
Malam harinya si satpam gendu-gendu rasa dengan istrinya, apa-apa yang sudah di obrolin dengan Ustad Yusuf. Alhamdulillah sang istripun mendukung niatan dari suaminya dengan penuh hati.
Kemudian Pagi harinya si satpam menghadap kepada komandannya,
“ndan, saya mau ngebon uang gaji saya bulan depan, boleh ga ndan?”
“boleh aja tapi alasannya buat apa?” Tanya balik si komandan
Si satpam pun terdiam, iya iya buat apa? Masa alasan ngebon untuk infak dan sodakoh, kan ga lucu.
“heh di Tanya ko malah diam!!”, komandan menyentak
“ya ndan kemarin saya ketemu ustad yusuf mansyur, syarat untuk merubah nasib saya salah satunya bersodakoh, jadi saya ngebon mau buat sodakoh ndan”, jawabnya dengan lirih dan agak malu-malu.
Si komandannya ketawa…
“ hahaha masa kamu kasbon buat sodakoh ?, yang bener aja ? tp OK lah, nanti ya saya Tanya boz besar dulu, kan dia yang meng-ACC”.
Si komandan pun langsung bergegas menghadap boz untuk mengutarakan hajat si satpam anak buahnya.
“pagi boz, gini salah satu satpam anak buah saya, mau ngebon uang gajinya bulan depan, di ACC ga boz?”
” buat apaan ?”
” katanya sih mau di gunakan untuk sodakoh boss ”
“mau buat sodakoh?” sambil mantuk-mantuk dan cengar-cengir si boz menyambar lagi,” aneh banget, ya sudah, bilang ama dia boleh, akan saya kasih dia bon gaji bulan depan, suruh kesini dia ”
Si satpam masuk ruangan boss nya.
” katanya kamu mau kasbon gaji bulan depan dan uangnya mau buat sedekah ?”
” iya boss, saya mau merobah nasib ”
” merobah gimana ?
si satpam pun njelasin ke boss nya, kalo mau berubah nasib harus sedekah. dan si boss pun percaya gak percaya.
Singkat cerita si satpam udah mendapatkan uangnya dan telah menghabiskannya untuk berinfak dan sodakoh bagi sodara-sodara dan tetangganya yang kurang mampu.
Hari-hari pun berlalu, sampai tibalah di bulan yang baru. Alhamdulillah semua teman-temannya pada gajian, sendiri-sendiri ga gajian, karena bulan lalu udah di bon. Tapi hari demi hari berlalu, seorang teman satpamnya bertanya-tanya apakah si satpam itu tadi hidupnya serba kekurangan atau tidak, temannya pun melakukan survey, oh ternyata si satpam telah menjual motornya, pantes lempeng aja dia. Si bos pun terus bertanya-tanya sambil menunggu si satpam kenapa ga datang-datang lagi, lempeng amat tu bocah ya, merasa penasaran si bos pun memanggil si satpam untuk menghadapnya di kantin.
“gimana mau ngebon lagi ga untuk bulan depan, kan uang bulan ini udah ga ada?” tantang si bos.
“Alhamdulilah ga pak bos.”
Tiba-tiba temennya nyeletuk dari belakang,”dia abis jual motornya boz”.
“oh abis jual motor, pantes ka gak ngebon lagi.”
“ga bos saya jual motor ga buat saya dan keluarga makan bos, tetapi saya jual untuk menambahi sodakoh saya!”.elak si satpam
Tambah terbengong-bengong si bos dan penasaran,
“gini bos saya ceritain, selepas saya bersodakoh hari-hari terakhir di bulan lalu saya sempet terbesit di hati rasa was-was dan gundah. Mau makan apa saya dan keluarga saya bulan depan. Eh di awal bulan kemaren Alhamdulillah nama istri saya nyangkut di surat warisan keluarga di kampung, di situ tertera angka 17 jt untuk istri saya”.
Si bos pun nyamber lagi.”lah kenapa kamu jual itu motor?”
“saya malu sama ustad yusuf, seandainya pada saat itu saya jual motor untuk sodakoh pasti Alloh SWT akan membalasnya dengan lebih besar lagi. Alhamdulillah sekarang saya dan istri punya warung sembako di rumah sebagai usaha sampingan, semoga dengan ini nasib saya sedikit-sedikit akan berubah menjadi baik dan lebih mulia di mata Alloh SWT ”.
“Amin,”
Semoga dari cerita nyata ini dapat memotivasi teman-teman, bapak-bapak dan ibu-ibu untuk mencontoh si satpam tadi. Ada 2 syarat jika anda sekalian ingin merubah nasib anda di muka bumi ini dan mulia di mata Alloh SWT:
1. Sholat tepat waktu
2. Berinfak dan bersodakohlah dalam keadaan lapang maupun sempit dengan iklas
Kedua syarat tersebut dilakukan dengan semata-mata untuk mendapat ridho Alloh SWT.
(Narasumber: Ust. Yusuf Mansyur)

Nanti Saya Akan Sedekah… Pak Kyai…!!!

Malam itu di sebuah pesantren yatim-piatu di Jawa Timur seorang Pengusaha datang bersilaturahmi ke Kyai pengasuh pesantren. Dia memang mempunyai yang ingin coba dibagi dengan Pak Kyai.
Sejurus kemudian berlangsunglah pembicaraan antara keduanya.
“Pak Kyai, saya datang ke sini mau minta bantu doa agar hajat saya dikabulkan oleh Allah SWT.” ujar si Pengusaha.
“Memangnya saudara sedang punya hajat apa?” tanya Pak Kyai ringan.
“Begini Pak Kyai…, saya ini punya usaha di bidang migas. Saya sedang ikut tender di Riau. Doakan agar saya bisa menang tender…!” jelas si Pengusaha.
“Hmmmmm…” Pak Kyai hanya bergumam tanpa sedikit pun memberi tanggapan.
Entah apa gerangan, mungkin untuk meyakinkan Pak Kyai, tiba-tiba si Pengusaha menambahkan, “Tolong doakan saya dalam tender ini Pak Kyai, insyaAllah seandainya saya menang tender, pasti saya akan bersedekah ke pesantren ini!”
Dahi Pak Kyai berkernyit mendengarnya. Raut muka beliau terlihat sepertinya aga tersinggung dengan pernyataan si Pengusaha.
Menanggapi pernyataan si Pengusaha, Pak Kyai yang asli Madura bertanya, “Sampeyan hafal surat Al-Fatihah…?!” Si Pengusaha menjawab bahwa ia hafal.
“Tolong bacakan surat Al-Fatihah itu!” pinta Pak Kyai.
“Memangnya ada apa Pak Kyai, kok tiba-tiba ingin mendengar saya baca Al-Fatihah?!” tanya si Pengusaha.”
“Sudah baca saja… Saya mau dengar!” tukas Pak Kyai.
Maka, sang Pengusaha itu pun mulai membaca surat pertama Al-Qur’an.
“Bismillahirrahmanirrahim…”
“…Alhamdulillahi rabbil alamiin… Ar rahmaanir rahiim… Maliki yaumiddiin… Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’iin…”
“Sudah-sudah cukup…, berhenti sampai di situ!” pinta Pak Kyai.
Si Pengusaha pun menghentikan bacaan.
“Ayat yang terakhir sampeyan baca itu mengerti tidak maksudnya?!” tanya Pak Kyai.
“Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’iin…, Pak Kyai?” tanya si Pengusaha menegaskan.
“Ya, yang itu!” jawab Pak Kyai.
“Oh itu, saya sudah tahu artinya… Kepada-Mu ya Allah kami mengabdi… kepada-Mu ya Allah kami memohon pertolongan!” tandas si Pengusaha.
Pak kyai lalu berujar enteng, “Oh, rupanya masih sama Al-Fatihah sampeyan dengan saya punya!”
Si pengusaha memperlihatkan raut kebingungan di wajahnya. “Maksud Pak Kyai…?!” tanya si Pengusaha heran.
“Saya kira Al-Fatihah sampeyan sudah terbalik menjadi iyyaka nasta’iin wa iyyaka na’budu!” jawab Pak Kyai.
Si Pengusaha malah bertambah bingung mendengar penjelasan pak kyai, ia pun berkata, “Saya masih belum mengerti Pak Kyai!”
Pak Kyai tersenyum melihat kebingungan si Pengusaha, beliau pun menjelaskan, “Tadi sampeyan bilang kalau menang tender maka sampeyan akan sedekah ke pesantren ini. Menurut saya itu mah iyyaka nasta’iin wa iyyaka na’budu. Kalau Al-Fatihah sampeyan ga terbalik, pasti sampeyan sedekah dulu ke pesantren ini, insyaAllah pasti menang tender!”
Deggg! Keras sekali smash sindiran menghujam jantung hati si Pengusaha.
Ba’da dzuhur esok harinya, handphone Pak Kyai berdering. Rupanya si Pengusaha tadi malam.
“Mohon dicek Pak Kyai, saya barusan sudah transfer ke rekening pesantren,” kata si Pengusaha, sambil pamit lalu menutup telepon.
Sejurus kemudian Pak Kyai pergi ke bank membawa buku tabungan.
Usai dicetak lalu dicek, matanya terbelalak melihat angka 2 dan deretan angka 0 yang amat panjang. Hingga Pak Kyai merasa sulit memastikan jumlah uang yang ditransfer.
Pak Kyai pun bertanya kepada teller bank, “Mbak, tolong bantu saya berapa dana yang ditransfer ke rekening saya ini?”
Sang teller menjawab, “Ini nilainya 200 juta, Pak Kyai!”
Pak Kyai pun begitu sumringah. Seumur-umur baru kali ini ada orang menyumbang sebanyak itu ke Pesantrennya,berulang kali ucapan hamdalah terdengar dari lisannya.
Malamnya lepas maghrib, Pak Kyai mengumpulkan seluruh ustadz dan santri di pesantren yatim-piatu itu.
Mereka membaca Al-Qur’an, dzikir & doa yang panjang untuk hajat yang ingin dicapai oleh si Pengusaha.
Arsy Allah SWT malam itu mungkin bergetar. Pintu-pintu langit mungkin terbuka, sebab doa yang dipanjatkan oleh Pak Kyai & para santri yatim-piatu begitu khusyuk…
Seminggu berselang si Pengusaha menelpon Pak Kyai.
“Pak kyai, saya ingin mengucapkan terima kasih atas doanya tempo hari. Alhamdulillah, baru saja saya mendapat kabar bahwa perusahaan saya menang tender dengan nilai proyek yang cukup besar!”
Mendengar itu, Pak Kyai turut bersyukur kepada Allah SWT. Ia lalu bertanya, “Berapa nilai tender yang didapat?!”
“Alhamdulillah, nilainya Rp 9,8 milyar!” jawab si Pengusaha.
Subhanallah, begitu cepat dan besar balasan Allah yang diterima Pengusaha itu.
Alhamdulillah, baru saja saya mendapat kabar bahwa perusahaan saya menang tender dengan nilai proyek yang cukup besar!”

Menolak ‘Zulaikha’ Sejantan Yusuf

Suatu sore ana pernah melihat segerombolan muda-mudi, yang terdiri dari satu orang pria yang dikelilingi oleh para wanita.
Saat itu terlihat pria yang seorang diri itu seperti sedang dirayu oleh para wanita tersebut. Ana jadi ingat salah satu dari tujuh golongan yang dijamin Allah masuk surga ialah Seorang lelaki yang dirayu oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan dan kecantikan tetapi ia menolaknya seraya berkata ‘Aku takut kepada Allah’, tapi ana rasa adakah kisah seperti itu pada zaman ini setelah kisah nabi Yusuf yang mulia?
Kisah nabi Yusuf itu sungguh menakjubkan. Seorang pria shalih yang menolak dengan tegas seorang wanita cantik jelita yaitu Zulaikha. Ana benar-benar kagum. Dan kekaguman ana semakin bertambah, ketika ana membaca sebuah kisah yang tak kalah mengagumkan dengan kisahnya nabi Yusuf yang mulia. Kisahnya seperti ini,
Diceritakan Sulaiman ibn Yasar, demikian Al-Ghazali mengisahkan dalam Al-Ihya’, adalah seorang laki-laki yang dikenali paling tampan di zamannya. Satu waktu, bersama sahabatnya, dia berangkat menunaikan haji ke Mekah, di kota kecil bernama Abwa, tempat makam ibunda Sang Nabi berada, mereka beristirahat.
Setelah selesai makan, sang kawan meminta izin pergi berbelanja beberapa bekal perjalanan. Sulaiman ibn Yasar duduk sendiri di kemahnya. Dari kejauhan, seorang perempuan Badui yang cantik memperhatikannya. Wanita itu begitu terpesona pada paras Sulaiman. Dia turun dari ketinggian dan menghampiri kemah itu, lalu meminta izin masuk.
“Apa keperluanmu?” Tanya Sulaiman sembari menahan pandangan pada wanita cantik itu.
“Senangkanlah aku!” jawabnya.
Sulaiman pun membuka bekal makanannya dan menyerahkan semua makanan yang tersisa pada wanita itu. Dia mengira itulah yang dikehendaki sang perempuan gurun.
“Aku tidak menghendaki makanan,” ujar si Perempuan gurun sambil tersenyum. “Aku menginginkan apa yang biasa dilakukan seorang suami kepada istrinya.”
“Jadi Iblis yang telah mengutusmu padaku!” teriak Sulaiman.
Dia meletakkan wajah di antara kedua lututnya kemudian menjerit meraung-raung. Tangisnya begitu keras dan pilu. Perempuan gurun itu terkejut dan ketakutan dibuatnya. Dia berlari dan kembali kepada keluarganya.
Tak lama kemudian sang kawan pulang. Didapatinya mata Sulaiman merah sembab dan dia masih terisak-isak.
“Ada apa denganmu, demi Allah?’ Tanya kawannya itu.
Sulaiman pun menjelaskan kejadiannya dan mengisahkan kedatangan wanita Badui yang cantik itu. Mendengar cerita Sulaiman, kini sang kawan yang menangis keras-keras. Dia menutupkan kedua tangan ke wajahnya.
“Hei, mengapa kini engkau yang menangis?”
“Demi Allah, wahai Sulaiman,” ujarnya disela senggugu, “Aku lebih pantas menangis daripada dirimu. Aku sangat takut sekiranya aku yang diuji Allah dengan cara demikian. Aku khawatir jika aku yang mengalami kejadian ini, dan aku takkan mampu menahan hawa nafsuku sebagaimana yang kau lakukan.”
Mereka pun bertangisan.
Setibanya di Mekah, Sulaiman ibn Yasar melakukan thawaf, sa’i, dan menyelesaikan umrahnya. Setelah itu dia pun menghampiri Hijr Isma’il dan duduk berselonjor hingga dipagut kantuk. Dia tertidur dan bermimpi. Dalam mimpi, dia melihat dirinya didatangi oleh seorang lelaki yang tinggi, tegap, dan sangat tampan. Bau tubuhnya begitu harum dan semerbak mewangi.
“Semoga Allah menyayangimu, siapakah engkau?”
“Aku adalah Yusuf,” kata sosok itu.
“Yusuf As-shiddiq? Nabi yang sangat setia?”
“Benar,” beliau mengangguk.
“Demi Allah, dalam peristiwa antara engkau dan istri pejabat negeri Mesir itu adalah hal yang menakjubkan.”
Nabi Yusuf tersenyum. “Bahkan,” kata beliau ‘Alaihis Salaam pada Sulaiman ibn Yasar,
“Kejadian antara engkau dan wanita Abwa itu jauh lebih mengagumkan.”
***
Subhanallah.
Mengapa Nabi Yusuf berkata demikian? Mungkin karena Sulaiman ibn Yasar bukanlah seorang Rasul seperti dia yang diberikan keistimewaan-keistimewaan oleh Allah.
Sanggupkah kita seperti mereka? Bersama bimbingan-Nya, Jawabannya Ya. Bukankah orang-orang di atas ialah orang-orang yang hidup di masa kekhalifahan, akan lebih menakjubkan lagi jika kita yang hidup di zaman yang jauh dari masa-masa kenabian ini, tetapi kita menjaga hawa nafsu serta berusaha menjadi golongan yang dijamin masuk surga tersebut.
Dan jangan heran jika kisah kita akan jauh lebih mengesankan, jika kita dapat berpegang teguh melawan nafsu kita, menjadi pemuda-pemudi yang tegas menolak ancaman godaan arus zaman atas izin Allah… Semoga.
Aamiin.
Oleh : Sonia Faiqah

Terusan Suez Adalah Karya Master Piece Umar bin Khattab

Banyak yang belum tahu , bahwa ternyata Terusan Suez ternyata adalah sebuah karya agung berdasar ide dan gagasan cemerlang sekaligus membuktikan kejeniusan Amirul Mukminin Umar Bin Khaththab raddiyallahu’anhu. Ide jenius beliau menghubungkan Laut Merah dan Laut Putih Tengah karena adanya berbagai potensi domestik yang sudah dikenal pada zamannya. Juga kejeniusan beliau patut kita berbangga karenanya, adalah kemampuan beliau mewujudkan proyek tersebut dalam waktu relatif singkat sehingga terusan tersebut bisa dilalui oleh kapal-kapal.
Di musim dingin tahun 641-642 M, Amru bin Ash ra. membuka terusan yang menghubungkan antara laut Qalzim dengan Laut Romawi atau di posisinya sekarang, dikenal dengan nama Terusan Amirul Mukminin.
Al Qadha’i bercerita, Umar bin Khattab ra. menginstruksikan pada Amru bin Ash ra. pada saat musim paceklik untuk mengeruk teluk yang berada di samping Fusthath kemudian dialiri air sungai Nil hingga laut Qalzim.
Belum setahun, teluk inipun sudah bisa dilalui oleh kapal dan digunakan untuk mengangkut logistik ke Mekkah dan Madinah. Teluk ini juga dimanfaatkan penduduk dua tanah suci itu hingga disebut Teluk Amirul Mukminin.
Al Kindi bertutur bahwa teluk tsb dikeruk pada tahun 32 H dan selesai hanya dalam waktu 6 bulan. Kapal-kapal sudah bisa lalu lalang menyusuri teluk hingga sampai di Hijaz bulan ke tujuhnya.
Terusan ini sangat membantu penduduk Mesir hingga era Khalifah Abu Ja’far Al Manshur , yang dibendungnya untuk memutus aliran dan dukungan Mesir terhadap perlawanan Muhammad bin Abdullah bin Hasan bin Ali bin Abi Thalib di Hijaz.
Sebagian sejarah juga menyebut, bahwa Amru bin Ash telah memikirkan untuk menghubungkan 2 laut putih dan Merah , namun tampaknya yang dimaksud adalah terusan lain, yang membelah antara Selat Timsah dengan Barzah, antara Mesir dan Sinai hingga Laut Tengah. Tapi rencana ini dibatalkan karena alasan pertimbangan militer yang ada pada zaman itu.
Pada masa Khilafah Utsmaniyyah, teluk ini dibersihkan tiap tahun. Musim dingin, teluk ini biasanya ditutup karena dikeruk dan dibersihkan seperti perayaan. (biasanya bulan Agustus). Lumpur yang dikeruk lalu diangkat dan ditimbun di samping kanan-kiri aliran teluk. dan ini sungguh menarik perhatian penduduk setempat.
Sumber : mediaumat.com

Menyingkap Mengabaran Yesus Soal Nabi Muhammad SAW

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Kabar mengenai Muhammad yang diutus menjadi nabi telah lama dikabarkan Yesus. Keterangan ini terdapat pada sebuah Bibel berumur 1.500 tahun. Kitab ini tersimpan di Turki selama 12 tahun terakhir ini. Menteri Budaya dan Wisata Turki Ertugrul Gunay mengatakan, Vatikan menyatakan tertarik dan Paus Benediktur XVI ingin melihatnya.
Gunay yang dikutip Daily Mail, Ahad (26/2), menjelaskan kitab yang bernilai hingga 22 juta dolar AS ini berisi prediksi Yesus mengenai kedatangan Muhammad. Namun, bertahun-tahun informasi mengenai hal tersebut dibendung. “Sejalan dengan pandangan Islam, kitab ini menjelaskan Yesus sebagai manusia bukan Tuhan,” ujarnya.
Dengan demikian, jelas Gunay, isinya menolak konsep trinitas. Disebutkan bahwa Yesus atau Isa pernah ditanya oleh seorang pendeta menganai siapa yang dinyatakan sebagai mesiah. Ia menjawab, Muhammad adalah nama yang diberkati. Pada bagian lainnya, Yesus menepis jika dirinya adalah sang mesiah, sebaliknya ia merujuk pada keturunan Ismail.
Laporan Daily Mail menyebutkan, Muslim mengklaim kitab yang disebut Gospel of Barnabasitu merupakan kitab lain dari empat kitab yang ada, yaitu Markus, Matius, Lukas, dan Yohanes. Barnabas secara tradisional dikenal sebagai pendiri gereja pada masa awal Kristen. Gunay menambah kan, Vatikan telah menyampaikan permintaan resmi untuk melihatnya.
Ia mengisahkan, kitab itu ditemukan saat terjadi operasi antipenye lundupan pada 2000. Pihak berwenang Turki menyitanya dari sebuah jaringan penyelundup yang dikenal menyelundupkan berbagai barang berharga, termasuk Bibel dan artefak. Saat ini, Bibel dan artefak itu disimpan di pengadilan Ankara sebagai barang bukti.
Menurut Gunay, selanjutnya barang itu diserahkan ke Ankara Ethnography Museum dan di perlihatkan kepada publik. Meski, ada keraguan mengenai keaslian Bibel yang disimpan di An kara itu. Ihsan Ozbek, seorang pastor Protestan, mengatakan, versi kitab ini dalam keterangan Gunay berasal dari abad kelima atau keenam Masehi, padahal, ucap dia, Barnabas hidup pada abad pertama.
“Salinan Bibel di Ankara kemungkinan ditulis oleh salah satu pengikut Barnabas,” kata Ozbek kepada surat kabar Turki, Today Zaman. Karena ada jeda waktu 500 tahun antara masa kehidup an Barnabas dan penulisan salinan kitab, imbuh dia, Muslim bisa jadi akan kecewa karena salinan itu tak terkait dengan keyakinan mengenai apa yang ingin mereka temukan dalam Bibel.
Ia menyimpulkan, tak ada kaitan antara salinan di Ankara dengan isi Gospel of Barnabas. Tapi, semuanya akan segera terungkap melalui pembuktian dengan menggunakan teknologi. Profesor teologi, Omer Faruk Harman, mengatakan, umur sebenarnya dari Bibel itu dapat ter singkap dengan metode sainstifik dan tentu akan diketahui siapa yang menulisnya, Barnabas atau pengikutnya.

Kenapa Orang Kafir Tidak Mau Mengakui Air Zamzam Adalah Salah Satu Keajaiban Dunia…???

Apakah Anda tahu keajaiban Air Zamzam..?
Ketinggian air ZamZam adalah
sekitar 10,6 meter di bawah
permukaan. Ini adalah keajaiban
Allah bahwa ketika Zam Zam
dipompa terus menerus
lebih dari 24 jam dengan
tingkat pemompaan 8.000
liter per detik, tingkat air
turun menjadi hampir 44 kaki
di bawah permukaan,
NAMUN KETIKA PEMOMPAAN WS DIHENTIKAN,
ketinggian air kembali naik sampai 13 kaki
setelah 11 menit.
8.000 liter per detik
berarti bahwa
8.000 x 60 = 480.000 liter
per menit
480.000 liter per menit
berarti
bahwa 480.000 x 60 = 28,8
Juta liter per jam
Dan 28,8 Juta liter per jam
berarti 28.800.000 x 24
= 691,2 Juta liter per hari
Jadi mereka dipompa 690 Jutaan
liter ZamZam dalam 24 jam,
tapi setelah itu ketinggian air kembali kesemula
dalam waktu 11menit saja.
Ada 2 keajaiban di sini,
pertama yang air ZamZam itu kembali pada
ketinggian semulai secara cepat, yang
kedua adalah bahwa Allah Menahan
air supaya tidak meluap, jika tidak ditahan
maka dunia ini akan banjir.
Ini adalah terjemahan
dari ZamZam kata, yang
Berhenti berarti!!!
Hentikan!!!! dikatakan oleh
Hajirah alaih Sebagai Salaam.
Zimam adalah kata bahasa Arab, adalah
tali / Rein melekat pada
kekang atau noseband & itu adalah
digunakan / ditarik untuk menghentikan
menjalankan hewan.
Air Zamzam tidak memiliki warna atau bau, tetapi
memiliki rasa yang berbeda dan berkhasiat

Dialog Antara Guru Atheis Dengan Murid-Muridnya

Guru : Anak-anak sekarang kita belajar tentang eksistensi, keberadaan atau wujud dari sesuatu. Coba perhatikan apakah kalian dapat melihat meja ini ?
Murid-murid : (menjawab) iya…
Guru : Artinya meja ini ada. Coba perhatikan apakah kalian dapat melihat papan tulis ini ?
… Murid-murid : (menjawab) iya…
Guru : Artinya papan tulis ini ada. Nah… sekarang apakah kalian dapat melihat Tuhan ?
Murid-murid : (menjawab) tidak…
Guru : Artinya Tuhan itu tidak ada.
Murid-murid terdiam. Salah satu murid (pintar) mengacungkan tangan dan berkata, “Pak saya ingin bertanya”. Si Guru menjawab “Ya silahkan !”
Murid : Apakah bapak dapat melihat mata bapak ?
Guru : (menjawab) iya…
Murid : Artinya bapak memiliki mata. Apakah bapak dapat melihat hidung bapak ?
Guru : (menjawab) iya…
Murid : Artinya bapak memiliki hidung. Nah… apakah bapak dapat meihat otak bapak ?
Guru : (menjawab) tidak…
Murid : Artinya bapak gak punya otak.

Kata Kata Hikmah Khulafaur Rasyidin

Abu Bakar radhiallahu anhu berkata:
Orang yang bakhil itu tidak akan terlepas daripada salah satu daripada 4 sifat yang membinasakan, yaitu:
1. Ia akan mati dan hartanya akan diambil oleh warisnya, lalu dibelanjakan bukan pada tempatnya atau;
2. Hartanya akan diambil secara paksa oleh penguasa yang zalim atau;
3. Hartanya menjadi rebutan orang-orang jahat dan akan dipergunakan untuk kejahatan pula atau;
4. Adakalanya harta itu akan dicuri dan dipergunakan secara berfoya-foya pada jalan yang tidak berguna
Umar bin Khattab radhiallahu anhu berkata:
Orang yang banyak ketawa itu kurang wibawanya. Orang yang suka menghina orang lain, dia juga akan dihina. Orang yang menyintai akhirat, dunia pasti menyertainya. Barangsiapa menjaga kehormatan orang lain, pasti kehormatan dirinya akan terjaga.
Utsman bin Affan radhiallahu anhu berkata:
Antara tanda-tanda orang yang bijaksana itu ialah:
1. Hatinya selalu berniat suci
2. Lidahnya selalu basah dengan zikrullah
3. Kedua matanya menangis kerana penyesalan (terhadap dosa)
4. Segala perkara dihadapaiya dengan sabar dan tabah
5. Mengutamakan kehidupan akhirat daripada kehidupan dunia.
Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhu berkata:
1. Tiada solat yang sempurna tanpa jiwa yang khusyu’.
2. Tiada puasa yang sempurna tanpa mencegah diri daripada perbuatan yang sia-sia.
3. Tiada kebaikan bagi pembaca al-Qur’an tanpa mengambil pangajaran daripadanya.
4. Tiada kebaikan bagi orang yang berilmu tanpa memiliki sifat wara’ (memelihara diri dan hati-hati dari dosa)
5. Tiada kebaikan mengambil teman tanpa saling sayang-menyayangi.
6. Nikmat yang paling baik ialah nikmat yang kekal dimiliki.
7. Doa yang paling sempurna ialah doa yang dilandasi keikhlasan.
8. Barangsiapa yang banyak bicara, maka banyak pula salahnya, siapa yang banyak salahnya, maka hilanglah harga dirinya, siapa yang hilang harga dirinya, berarti dia tidak wara’, sedang orang yang tidak wara’ itu berarti hatinya mati.

Inilah Alasan Mengapa Kita Harus Memulai Shaum Ramadhan Bersama Pemerintah

Shaum Ramadhan dan Hari Raya Bersama Penguasa, Syi’ar Kebersamaan Umat Islam
Taat kepada pemerintah dalam perkara kebaikan. Inilah salah satu prinsip agama yang kini telah banyak dilupakan dan ditinggalkan umat. Yang kini banyak dilakukan justru berupaya mencari keburukan pemerintah sebanyak-banyaknya untuk kemudian disebarkan ke masyarakat. Akibat buruk dari ditinggalkannya prinsip ini sudah banyak kita rasakan. Satu di antaranya adalah munculnya perpecahan di kalangan umat Islam saat menentukan awal Ramadhan atau Hari Raya.
Bulan suci Ramadhan merupakan bulan istimewa bagi umat Islam. Hari-harinya diliputi suasana ibadah; shaum, shalat tarawih, bacaan Al-Qur`an, dan sebagainya. Sebuah fenomena yang tak didapati di bulan-bulan selainnya. Tak ayal, bila kedatangannya menjadi dambaan, dan kepergiannya meninggalkan kesan yang mendalam. Tak kalah istimewanya, ternyata bulan suci Ramadhan juga sebagai salah satu syi’ar kebersamaan umat Islam. Secara bersama-sama mereka melakukan shaum Ramadhan; dengan menahan diri dari rasa lapar, dahaga dan dorongan hawa nafsu sejak terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari, serta mengisi malam-malamnya dengan shalat tarawih dan berbagai macam ibadah lainnya. Tak hanya kita umat Islam di Indonesia yang merasakannya. Bahkan seluruh umat Islam di penjuru dunia pun turut merasakan dan memilikinya.
Namun syi’ar kebersamaan itu kian hari semakin pudar, manakala elemen-elemen umat Islam di banyak negeri saling berlomba merumuskan keputusan yang berbeda dalam menentukan awal dan akhir bulan Ramadhan. Keputusan itu terkadang atas nama ormas, terkadang atas nama parpol, dan terkadang pula atas nama pribadi. Masing-masing mengklaim, keputusannya yang paling benar. Tak pelak, shaum Ramadhan yang merupakan syi’ar kebersamaan itu (kerap kali) diawali dan diakhiri dengan fenomena perpecahan di tubuh umat Islam sendiri. Tentunya, ini merupakan fenomena menyedihkan bagi siapa pun yang mengidamkan persatuan umat.
Mengapa hal ini bisa terjadi? Mungkin anda akan berkata: “Itu karena adanya perbedaan pendapat di antara elemen umat Islam, apakah awal masuk dan keluarnya bulan Ramadhan itu ditentukan oleh ru`yatul hilal (melihat hilal) ataukah dengan ilmu hisab?”. Bisa juga anda mengatakan: “Karena adanya perbedaan pendapat, apakah di dunia ini hanya berlaku satu mathla’ (tempat keluarnya hilal) ataukah masing-masing negeri mempunyai mathla’ sendiri-sendiri?”
Bila kita mau jujur soal penyebab pudarnya syi’ar kebersamaan itu, lepas adanya realita perbedaan pendapat di atas, utamanya disebabkan makin tenggelamnya salah satu prinsip penting agama Islam dari hati sanubari umat Islam. Prinsip itu adalah memuliakan dan menaati penguasa (pemerintah) umat Islam dalam hal yang ma’ruf (kebaikan).
Mungkin timbul tanda tanya: “Apa hubungannya antara ketaatan terhadap penguasa dengan pelaksanaan shaum Ramadhan?”
Layak dicatat, hubungan antara keduanya sangat erat. Hal itu karena:
1. Shaum Ramadhan merupakan syi’ar kebersamaan umat Islam, dan suatu kebersamaan umat tidaklah mungkin terwujud tanpa adanya ketaatan terhadap penguasa.
2. Penentuan pelaksanaan shaum Ramadhan merupakan perkara yang ma’ruf (kebaikan) dan bukan kemaksiatan. Sehingga menaati penguasa dalam hal ini termasuk perkara yang diperintahkan dalam agama Islam. Terlebih ketika penentuannya setelah melalui sekian proses, dari pengerahan tim ru‘yatul hilal di sejumlah titik di negerinya hingga digelarnya sidang-sidang istimewa.
3. Realita juga membuktikan, dengan menaati keputusan penguasa dalam hal pelaksanaan shaum Ramadhan dan penentuan hari raya ‘Idul Fithri, benar-benar tercipta suasana persatuan dan kebersamaan umat. Sebaliknya, ketika umat Islam berseberangan dengan penguasanya, perpecahan di tubuh mereka pun sangat mencolok. Maka dari itu, menaati penguasa dalam hal ini termasuk perkara yang diperintahkan dalam agama Islam.
Mungkin ada yang bertanya, “Adakah untaian fatwa dari para ulama seputar permasalahan ini?” Maka jawabnya ada, sebagaimana berikut ini:
Fatwa Para Ulama Seputar Shaum Ramadhan Bersama Penguasa
-Al-Imam Ahmad bin Hanbal berkata: “Seseorang (hendaknya) bershaum bersama penguasa dan jamaah (mayoritas) umat Islam, baik ketika cuaca cerah ataupun mendung.” Beliau juga berkata: “Tangan Allah Subhanahu wa Ta’ala bersama Al-Jama’ah.” (Majmu’ Fatawa, karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah juz 25, hal. 117)
-Al-Imam At-Tirmidzi berkata: “Sebagian ahlul ilmi menafsirkan hadits ini1 dengan ucapan (mereka): ‘Sesungguhnya shaum dan berbukanya itu (dilaksanakan) bersama Al-Jama’ah dan mayoritas umat Islam’.” (Tuhfatul Ahwadzi juz 2, hal. 37. Lihat Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah jilid 2, hal. 443)
-Al-Imam Abul Hasan As-Sindi berkata: “Yang jelas, makna hadits ini adalah bahwasanya perkara-perkara semacam ini (menentukan pelaksanaan shaum Ramadhan, berbuka puasa/Iedul Fithri dan Iedul Adha, -pen.) keputusannya bukanlah di tangan individu. Tidak ada hak bagi mereka untuk melakukannya sendiri-sendiri. Bahkan permasalahan semacam ini dikembalikan kepada penguasa dan mayoritas umat Islam. Dalam hal ini, setiap individu pun wajib untuk mengikuti penguasa dan mayoritas umat Islam. Maka dari itu, jika ada seseorang yang melihat hilal (bulan sabit) namun penguasa menolak persaksiannya, sudah sepatutnya untuk tidak dianggap persaksian tersebut dan wajib baginya untuk mengikuti mayoritas umat Islam dalam permasalahan itu.” (Hasyiyah ‘ala Ibni Majah, lihat Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah jilid 2, hal. 443)
-Asy-Syaikh Al-Muhaddits Muhammad Nashiruddin Al-Albani berkata: “Dan selama belum (terwujud) bersatunya negeri-negeri Islam di atas satu mathla’ (dalam menentukan pelaksanaan shaum Ramadhan, -pen.), aku berpendapat bahwa setiap warga negara hendaknya melaksanakan shaum Ramadhan bersama negaranya (pemerintahnya) masing-masing dan tidak bercerai-berai dalam perkara ini, yakni shaum bersama pemerintah dan sebagian lainnya shaum bersama negara lain, baik mendahului pemerintahnya atau pun belakangan. Karena yang demikian itu dapat mempertajam perselisihan di tengah masyarakat muslim sendiri. Sebagaimana yang terjadi di sebagian negara Arab sejak beberapa tahun yang lalu. Wallahul Musta’an.” (Tamamul Minnah hal. 398)
-Beliau juga berkata: “Inilah yang sesuai dengan syariat (Islam) yang toleran, yang di antara misinya adalah mempersatukan umat manusia, menyatukan barisan mereka serta menjauhkan mereka dari segala pendapat pribadi yang memicu perpecahan. Syariat ini tidak mengakui pendapat pribadi –meski menurut yang bersangkutan benar– dalam ibadah yang bersifat kebersamaan seperti; shaum, Ied, dan shalat berjamaah. Tidakkah engkau melihat bahwa sebagian shahabat radhiallahu ‘anhum shalat bermakmum di belakang shahabat lainnya, padahal sebagian mereka ada yang berpendapat bahwa menyentuh wanita, menyentuh kemaluan, dan keluarnya darah dari tubuh termasuk pembatal wudhu, sementara yang lainnya tidak berpendapat demikian?! Sebagian mereka ada yang shalat secara sempurna (4 rakaat) dalam safar dan di antara mereka pula ada yang mengqasharnya (2 rakaat). Namun perbedaan itu tidaklah menghalangi mereka untuk melakukan shalat berjamaah di belakang seorang imam (walaupun berbeda pendapat dengannya, -pen.) dan tetap berkeyakinan bahwa shalat tersebut sah. Hal itu karena adanya pengetahuan mereka bahwa bercerai-berai dalam urusan agama lebih buruk daripada sekedar berbeda pendapat. Bahkan sebagian mereka mendahulukan pendapat penguasa daripada pendapat pribadinya pada momen berkumpulnya manusia seperti di Mina. Hal itu semata-mata untuk menghindari kesudahan buruk (terjadinya perpecahan) bila dia tetap mempertahankan pendapatnya. Sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Imam Abu Dawud (1/307), bahwasanya Khalifah ‘Utsman bin ‘Affan radhiallahu ‘anhu shalat di Mina 4 rakaat (Zhuhur, ‘Ashar, dan Isya’ -pen). Maka shahabat Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu mengingkarinya seraya berkata: “Aku telah shalat (di Mina/hari-hari haji, -pen.) bersama Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakr, ‘Umar dan di awal pemerintahan ‘Utsman 2 rakaat, dan setelah itu ‘Utsman shalat 4 rakaat. Kemudian terjadilah perbedaan di antara kalian (sebagian shalat 4 rakaat dan sebagian lagi 2 rakaat, -pen.), dan harapanku dari 4 rakaat shalat itu yang diterima adalah yang 2 rakaat darinya.”
Namun ketika di Mina, shahabat Abdullah bin Mas’ud justru shalat 4 rakaat. Maka dikatakanlah kepada beliau: “Engkau telah mengingkari ‘Utsman atas shalatnya yang 4 rakaat, (mengapa) kemudian engkau shalat 4 rakaat pula?!” Abdullah bin Mas’ud berkata: “Perselisihan itu jelek.” Sanadnya shahih. Diriwayatkan pula oleh Al-Imam Ahmad (5/155) seperti riwayat di atas dari shahabat Abu Dzar radhiallahu ‘anhu.
Maka dari itu, hendaknya hadits dan atsar ini benar-benar dijadikan bahan renungan oleh orang-orang yang (hobi, -pen.) berpecah-belah dalam urusan shalat mereka serta tidak mau bermakmum kepada sebagian imam masjid, khususnya shalat witir di bulan Ramadhan dengan dalih beda madzhab. Demikian pula orang-orang yang bershaum dan berbuka sendiri, baik mendahului mayoritas kaum muslimin atau pun mengakhirkannya dengan dalih mengerti ilmu falaq, tanpa peduli harus berseberangan dengan mayoritas kaum muslimin. Hendaknya mereka semua mau merenungkan ilmu yang telah kami sampaikan ini. Dan semoga ini bisa menjadi obat bagi kebodohan dan kesombongan yang ada pada diri mereka. Dengan harapan agar mereka selalu dalam satu barisan bersama saudara-saudara mereka kaum muslimin, karena tangan Allah Subhanahu wa Ta’ala bersama Al-Jama’ah.” (Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah jilid 2, hal. 444-445)
-Asy-Syaikh Al-Allamah Abdul Aziz bin Baz rahimahullahu pernah ditanya: “Jika awal masuknya bulan Ramadhan telah diumumkan di salah satu negeri Islam semisal kerajaan Saudi Arabia, namun di negeri kami belum diumumkan, bagaimanakah hukumnya? Apakah kami bershaum bersama kerajaan Saudi Arabia ataukah bershaum dan berbuka bersama penduduk negeri kami, manakala ada pengumuman? Demikian pula halnya dengan masuknya Iedul Fithri, apa yang harus kami lakukan bila terjadi perbedaan antara negeri kami dengan negeri yang lainnya? Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala membalas engkau dengan kebaikan.”

Sebagian Dari Keajaiban Al Qur’an

Assalamu’alaikum kepada para pembaca sekalian. Ada tips yang sangat menakjubkan dari Al Quran. Hanya untuk Al-Quran yang standard saja. Oke mari kita lihat bersama . .
Contoh 1
Jika anda ingin mengetahui Juz 5 di halaman ke berapa:
5-1 = 4, 4 perlu dikali dengan 2 jadi 4 x 2 = 8
Letakkan no 2 setelah jawaban.
Jadi, juz 5 adalah pada halaman 82
Sekarang lihat pada Quran dan anda akan lihat Juz 5 dimulai pada halaman 82. Menarik bukan?
Contoh 2
Jika anda ingin mengetahui Juz 10 di halaman ke berapa:
10-1 = 9, 9 perlu dikali dengan 2 jadi 9 x 2 = 18
Letakkan no 2 setelah jawaban.
Jadi, juz 10 adalah pada halaman 182
Contoh 3
Jika anda ingin mengetahui Juz 23 di halaman ke berapa:
23-1 = 22, 22 perlu dikali dengan 2 jadi 22 x 2 = 44
Letakkan no 2 setelah jawaban.
Jadi, juz 23 adalah pada halaman 442
Subhanallah, memang menakjubkan. Ajarkan pada anak-anak agar mereka sentiasa membaca Al-Quran.

Usai Mnyaksikan Jenazah Raja Fahd,Seorang Pendeta Italia Masuk Islam

Hidayah Allah datangnya tidak bisa diraba-raba. Apabila Allah menghendaki maka ia akan mendatangi hamba yang berbahagia itu. Demikianlah kisah seorang pendeta asal Italia.
Seorang pendeta terkenal di Italia mengumumkan masuk Islam setelah menyaksikan jenazah raja Arab Saudi, Fahd bin Abdul Aziz, untuk kemudian mengucapkan dua kalimat syahadat. Hal itu terjadi setelah ia melihat betapa sederhananya prosesi pemakaman jenazah yang jauh dari pengeluaran biaya yang mahal dan berlebihan.
Sang mantan pendeta telah mengikuti secara seksama prosesi pemakaman sang Raja yang bersamaan waktunya dengan jenazah yang lain. Ia melihat tidak ada perbedaan sama sekali antara kedua jenazah tersebut. Keduanya sama-sama dishalatkan dalam waktu yang bersamaan.
Pemandangan ini meninggalkan kesan mendalam tersendiri pada dirinya sehingga gambaran persamaan di dalam Islam dan betapa sederhananya prosesi pemakaman yang disaksikan oleh seluruh dunia di pekuburan ‘el-oud’ itu membuatnya masuk Islam dan merubah kehidupannya. Tidak ada perbedaan sama sekali antara kuburan seorang raja dan penguasa besar dengan kuburan rakyat jelata. Karena itulah, ia langsung mengumumkan masuk Islam.
Salah seorang pengamat masalah dakwah Islam mengatakan, kisah masuk Islamnya sang pendeta tersebut setelah sekian lama perjalanan yang ditempuh mengingatkan pada upaya besar yang telah dikerahkan di dalam mengenalkan Islam kepada sebagian orang-orang Barat. Ada seorang Da’i yang terus berusaha sepanjang 15 tahun untuk berdiskusi dengan pendeta ini dan mengajaknya masuk Islam. Tetapi usaha itu tidak membuahkan hasil hingga ia sendiri menyaksikan prosesi pemakaman Raja Fahd yang merupakan pemimpin yang dikagumi dan brilian. Baru setelah itu, sang pendeta masuk Islam.
Sang Muslim baru yang mengumumkan keislamannya itu pada hari prosesi pemakaman jenazah pernah berkata kepada Dr al-Malik, “Buku-buku yang kalian tulis, surat-surat kalian serta diskusi dan debat yang kalian gelar tidak bisa mengguncangkanku seperti pemandangan yang aku lihat pada pemakaman jenazah raja Fahd yang demikian sederhana dan penuh toleransi ini.”
Ia menambahkan, “Pemandangan para hari Selasa itu akan membekas pada jiwa banyak orang yang mengikuti prosesi itu dari awal seperti saya ini.”
Ia meminta agar kaum Muslimin antusias untuk menyebarkan lebih banyak lagi gambaran toleransi Islam dan keadilannya agar dapat membekas pada jiwa orang lain. Ia menegaskan, dirinya telah berjanji akan mengerahkan segenap daya dan upaya dari sisa usianya yang 62 tahun in untuk menyebarkan gambaran Islam yang begitu ideal. Semoga Allah menjadikan keislamannya berkah bagi alam semesta.(istod/AH). (Sumber: alsofwah.or.id)
Semoga Bermanfaat …
Silahkan saudara-saudariku yang baik, yang mau share atau co-pas, dengan senang hati. Semoga bermanfaat. Semoga pula Allah Ta’ala berikan pahala kepada yang membaca, yang menulis, yang menyebarkan, yang mengajarkan dan yang mengamalkan… Aamiin, Aamiin, Aamiin ya Alloh ya Rabbal’alamin …

Kisah Nyata : Malam Pesta Seorang Pengantin Wanita (Jangan dilewatkan …)

Bismillahirr Rahmanirr Rahim …
Kisah nyata yang diceritakan oleh Syaikh Abdul Muhsin Al Ahmad ini terjadi di Abha, ibu kota Provinsi Asir Arab Saudi.
“Setelah melaksanakan shalat Maghrib dia berhias, menggunakan gaun pengantin putih yang indah, mempersiapkan diri untuk pesta pernikahannya. Lalu dia mendengar azan Isya, dan dia sadar kalau wudhunya telah batal.
Dia berkata pada ibunya : “Bu, saya mau berwudhu dan shalat Isya.”
Ibunya terkejut : “Apa kamu sudah gila? Tamu telah menunggumu untuk melihatmu, bagaimana dengan make-up mu? Semuanya akan terbasuh oleh air.”
Lalu ibunya menambahkan : “Aku ibumu, dan ibu katakan jangan shalat sekarang! Demi Allah, jika kamu berwudhu sekarang, ibu akan marah kepadamu”
Anaknya menjawab : “Demi Allah, saya tidak akan pergi dari ruangan ini, hingga saya shalat. Ibu, ibu harus tahu “bahwa tidak ada kepatuhan kepada makhluk dalam kemaksiatan kepada Pencipta”!!
Ibunya berkata : “ Apa yang akan dikatakan tamu-tamu kita tentang mu, ketika kamu tampil dalam pesta pernikahanmu tanpa make-up?? Kamu tidak akan terlihat cantik dimata mereka! dan mereka akan mengolok-olok dirimu !
Anak nya berkata dengan tersenyum : “Apakah ibu takut karena saya tidak akan terrlihat cantik di mata makhluk? Bagaimana dengan Penciptaku? Yang saya takuti adalah jika dengan sebab kehilangan shalat, saya tidak akan tampak cantik dimata-Nya”.
Lalu dia berwudhu, dan seluruh make-up nya terbasuh. Tapi dia tidak merasa bermasalah dengan itu.
Lalu dia memulai shalatnya. Dan pada saat itu dia bersujud, dia tidak menyadari itu, bahwa itu akan menjadi sujud terakhirnya.
Pengantin wanita itu wafat dengan cara yang indah, bersujud di hadapan Pencipta-Nya.
Ya, ia wafat dalam keadaan bersujud. Betapa akhir yang luar biasa bagi seorang muslimah yang teguh untuk mematuhi Tuhannya!
Banyak orang tersentuh mendengarkan kisah ini. Ia telah menjadikan Allah dan ketaatan kepada-Nya sebagai prioritas pertama.
“SUBHANALLAH”

Wanita nashrani itu menangis mendengar baca’an qur’an Sayyid Quthb

Pada akhir tahun 1948, Sayyid Quthb (rahimahullah) meninggalkan Iskandariah, Mesir, menuju Amerika melalui Kapal Api dengan melintasi laut tengah dan mengarungi samudera Atlantik. Diatas kapal api itu banyak persitiwa yang membekas dalam hatinya. Bahkan kenangan dalam perjalanan menuju Amerika itu banyak dituangkan saat ia menulis Tafsir Fii Dzhilalil Qur’an. Salah satu kisahnya saat beliau melihat seorang misionaris Kristen berupaya mengkristenkan umat Islam yang menumpang kapal tersebut. Kejadian itu berlangsung tepat ketika waktu bergulir menuju Shalat Jum’at.
Sayyid Quthb melihat sang misionaris tidak ubahnya pendeta-pendeta pada umumnya yang menawarkan ajaran agama Kristen yang sangat kacau. Sontak saja, hal ini membangkitkan rasa dan semangat keimanannya untuk menjaga akidah saudara semuslimnya. Tidak butuh menunggu waktu lama, ia segera menghubungi kapten kapal untuk meminta izin mendirikan Sholat Jum’at di atas kapal. Semua orang Islam, berikut awak kapal pun kemudian mendatangi panggilan Shalat Jum’at yang diinisiasikan Sayyid Quthb. Ia kemudian bertindak sebagai khotib dan usut siapa sangka Sayyid Quthb ternyata tengah melakukan perubahan besar dalam kapal tersebut.
Rupanya, shalat Jum’at yang ia pimpin adalah shalat Jum’at pertama yang didirikan di kapal tersebut. Mengenai hal ini, Sayyid Quthb sempat menulisnya dalam Tafsir Fii Dzihilalil Qur’an saat membahas Surat Yunus.
“Nahkoda kapal (seorang Inggris) memberikan kemudahan kepada kami untuk menunaikan shalat. Ia memberikan kelonggaran kepada para awak kapal, para juru masak, dan para pelayannya, yang kesemuanya beragama Islam untuk menunaikan shalat Jum’at bersama kami asalkan tidak ada tugas saat waktu itu. Mereka sangat bergembira, karena ini merupakan kali pertama dilaksanakannya shalat Jum’at di kapal tersebut.”
Sayyid bersama para jama’ah kemudian menjadi santapan para penumpang asing. Gerakan Sholat Sayyid dan kaum muslimin terasa asing bagi mereka namun memendam kelembutan ibadah yang begitu syahdu. Hingga sesaat setelah shalat Juma’at dilaksanakan, banyak diantara orang asing mendatangi Sayyid dan para jama’ah seraya mengucapkan selamat dan sukses atas ibadah Jum’at yang baru saja dilaksanakan. Sayyid Quthb pun menulis kenangan itu dalam Kitab Fi Dzhilalil Qur’annya,
“Saya bertindak sebagai Khatib dan imam shalat Jum’at itu. Para penumpang yang sebagian besarnya orang asing itu duduk-duduk berkelompok-kelompok menyaksikan kami shalat. Setelah menunaikan shalat banyak dari mereka, yang datang kepada kami untuk mengucapkan selamat atas kesuksesan kami melaksanakan tugas suci. Dan ini merupakan puncak pengetahuan mereka tentang shalat kami.”
Salah satu orang yang mendatangi jama’ah Sayyid Quthb ialah seorang wanita Nashrani berkebangsaan Yugoslavia yang melarikan diri dari tekanan dan ancaman komunis Teito. Wanita itu mengaku takjub atas kesyahduan dan ketertiban Shalat Jum’at yang didirikan kaum muslimin. Air matanya pun tak kuasa jatuh tak terbendung mengetahui betapa nilai-nilai rabbani yang dilantunkan Sayyid Quthb mampu menyentuh perasaannya.
Dengan diliputi rasa heran, ia pun bertanya-tanya alunan musik apa yang baru saja dibacakan Sayyid Quthb. Tidak pernah rasanya dalam hidup ia mendengar untaian Syahdu yang begitu merasuk ke dalam kalbu. Iramanya lembut dan bahasanya pun penuh ketentraman hati. Jadi, bacaan seperti ini sangatlah asing dalam agamanya. Dan begitu kagetnya sang wanita nashrani itu ketika mengetahui bahwa bahasa yang dilantunkan Sayyid Quthb dalam Shalat Jum’at adalah ayat-ayat Al Qur’anul Karim, sebuah kitab suci mulia bagi umat muslim.
Inilah yang membuat Sayyid Quthb semakin memahami bagaimana kekuatan redaksional ayat Qur’an begitu mempesona. Tidak hanya bagi umat muslim, juga bagi non muslim. Karena ucapan takjub itu keluar dari mulut seorang wanita yang belum pernah mendengar satu huruf pun di dalam Al Qur’an, apalagi memahaminya. Tentang kejadian itu, Sayyid Quthb menulis dalam Kitab Fii Dzhilalil Qur’an,
“Terjadinya peristiwa ini dan peristiwa-peristiwa serupa lainnya, yang dialami banyak orang menunjukkan bahwa di dalam Al Qur’an ini terdapat rahasia lain yang ditangkap oleh sebagian hati manusia, hanya semata-mata ia mendengar Al Qur’an dibaca. Boleh jadi keimanan wanita kepada agamanya dan pelariannya dari negeri komunis itu telah menjadikan perasaannya begitu sensitif terhdap kalimat-kalimat Allah secara mengaggumkan seperti ini.”
Maka itu Sayyid Quthb, merasa perlu untuk memperbincangkan kekuatan Al Qur’an yang tersembunyi dan mengagumkan itu. Menurut Sayyid Quthb penyampaian Al Qur’an memiliki keistemewaan karena yang ditunjukinya lebih luas, pengungkapannya lebih lembut, indah, dan lebih hidup. Selain itu, Al Qur’an pun memiliki metode penjelasan yang diluar kemampuan jangkauan manusia. Seperti bagaimana Al Qur’an menyampaikan metodenya dalam beberapa ayat di dalam surat Yunus.
” dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir’aun dan bala tentaranya, karena hendak Menganiaya dan menindas (mereka); hingga bila Fir’aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia: “Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya Termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”. (Surat Yunus, 90)
Menurut Sayyid Quthb, sampai kisah ini diceritakan, Allah kemudian mengomentari secara langsung, dengan firman yang diarahkan kepada pemandangan yang dihadapi sekarang,
” Apakah sekarang (baru kamu percaya), Padahal Sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan kamu Termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan kami.” (Surat Yunus 91-92)
Kemudian disusul lagi dengan membeberkan pandangan yang terus terjadi hingga sekarang ini, (bahkan pada masa-masa selanjutnya),
“dan Sesungguhnya Kami telah menempatkan Bani Israil di tempat kediaman yang bagus dan Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik. Maka mereka tidak berselisih, kecuali setelah datang kepada mereka pengetahuan (yang tersebut dalam Taurat). Sesungguhnya Tuhan kamu akan memutuskan antara mereka di hari kiamat tentang apa yang mereka perselisihkan itu.” (Surat Yunus 93)
Maka benarlah kata Sayyid Quthb bahwa redaksi Al Qur’an sangat berbeda dengan redaksi ciptaan manusia. Redaksi atau susunan Al Qur’an mempunyai kekuatan yang hebat terhadap jiwa, dimana redaksi ciptaan manusia tidak pernah bisa memilikinya. Dengan hanya membacanya, maka kadang-kadang dapat menimbulkan pengaruh yang hebat terhadap orang-orang yang tidak tahu apa-apa tentang bahasa Arab. Ya termasuk wanita Yugoslavia itu, yang menangis mendengar bacaan Al Qur’an.

Penulis: Muhammad Pizaro - Islampos.com

Kisah Inspirasi Seorang Suami Yang Berbohong Terhadap Istrinya

Perkimpoian itu telah berjalan empat (4) tahun, namun pasangan suami istri itu belum dikaruniai seorang anak. Dan mulailah kanan kiri berbisik-bisik:“kok belum punya anak juga ya, masalahnya di siapa ya? Suaminya atau istrinya ya?”. Dari berbisik-bisik,akhirnya menjadi berisik.
Tanpa sepengetahuan siapa pun, suami istri itu pergi ke salah seorang dokter untuk konsultasi, dan melakukan pemeriksaaan. Hasil lab mengatakan bahwa sang istri adalah seorang wanita yang mandul, sementara sang suami tidak ada masalah apa pun dan tidak ada harapan bagi sang istri untuk sembuh dalam arti tidak peluang baginya untuk hamil dan mempunyai anak.
Melihat hasil seperti itu, sang suami mengucapkan: inna lillahi wa inna ilaihi raji’un, lalu menyambungnya dengan ucapan: Alhamdulillah.
Sang suami seorang diri memasuki ruang dokter dengan membawa hasil lab dan sama sekali tidak memberitahu istrinya dan membiarkan sang istri menunggu di ruang tunggu perempuan yang terpisah dari kaum laki-laki.
Sang suami berkata kepada sang dokter: “Saya akan panggil istri saya untuk masuk ruangan, akan tetapi, tolong, nanti anda jelaskan kepada istri saya bahwa masalahnya ada di saya, sementara dia tidak ada masalah apa-apa.
Kontan saja sang dokter menolak dan terheran-heran.Akan tetapi sang suami terus memaksa sang dokter, akhirnya sang dokter setuju untuk mengatakan kepada sang istri bahwa masalah tidak datangnya keturunan ada pada sang suami dan bukan ada pada sang istri.
Sang suami memanggil sang istri yang telah lama menunggunya, dan tampak pada wajahnya kesedihan dan kemuraman. Lalu bersama sang istri ia memasuki ruang dokter. Maka sang dokter membuka amplop hasil lab, lalu membaca dan mentelaahnya, dan kemudian ia berkata: “… Oooh, kamu –wahai fulan- yang mandul, sementara istrimu tidak ada masalah, dan tidak ada harapan bagimu untuk sembuh.
Mendengar pengumuman sang dokter, sang suami berkata: inna lillahi wa inna ilaihi raji’un, dan terlihat pada raut wajahnya wajah seseorang yang menyerah kepada qadha dan qadar Allah SWT.
Lalu pasangan suami istri itu pulang ke rumahnya, dan secara perlahan namun pasti, tersebarlah berita tentang rahasia tersebut ke para tetangga, kerabat dan sanak saudara.
Lima (5) tahun berlalu dari peristiwa tersebut dan sepasang suami istri bersabar, sampai akhirnya datanglah detik-detik yang sangat menegangkan, di mana sang istri berkata kepada suaminya: “Wahai fulan, saya telah bersabar selama Sembilan (9) tahun, saya tahan-tahan untuk bersabar dan tidak meminta cerai darimu, dan selama ini semua orang berkata:” betapa baik dan shalihah-nya sang istri itu yang terus setia mendampingi suaminya selama Sembilan tahun, padahal dia tahu kalau dari suaminya, ia tidak akan memperoleh keturunan”. Namun, sekarang rasanya saya sudah tidak bisa bersabar lagi, saya ingin agar engkau segera menceraikan saya, agar saya bisa menikah dengan lelaki lain dan mempunyai keturunan darinya, sehingga saya bisa melihat anak-anakku, menimangnya dan mengasuhnya.
Mendengar emosi sang istri yang memuncak, sang suami berkata: “istriku, ini cobaan dari Allah SWT, kita mesti bersabar, kita mesti …, mesti … dan mesti …”. Singkatnya, bagi sang istri, suaminya malah berceramah di hadapannya.
Akhirnya sang istri berkata: “OK, saya akan tahan kesabaranku satu tahun lagi, ingat, hanya satu tahun, tidak lebih”.
Sang suami setuju, dan dalam dirinya, dipenuhi harapan besar, semoga Allah SWT memberi jalan keluar yang terbaik bagi keduanya.
Beberapa hari kemudian, tiba-tiba sang istri jatuh sakit, dan hasil lab mengatakan bahwa sang istri mengalami gagal ginjal.
Mendengar keterangan tersebut, jatuhnya psikologis sang istri, dan mulailah memuncak emosinya. Ia berkata kepada suaminya: “Semua ini gara-gara kamu, selama ini aku menahan kesabaranku, dan jadilah sekarang aku seperti ini, kenapa selama ini kamu tidak segera menceraikan saya, saya kan ingin punya anak, saya ingin memomong dan menimang bayi, saya kan … saya kan …”.
Sang istri pun bad rest di rumah sakit.
Di saat yang genting itu, tiba-tiba suaminya berkata: “Maaf, saya ada tugas keluar negeri, dan saya berharap semoga engkau baik-baik saja”.
“Haah, pergi?”. Kata sang istri.
“Ya, saya akan pergi karena tugas dan sekalian mencari donatur ginjal, semoga dapat”. Kata sang suami.
Sehari sebelum operasi, datanglah sang donatur ke tempat pembaringan sang istri. Maka disepakatilah bahwa besok akan dilakukan operasi pemasangan ginjal dari sang donatur.
Saat itu sang istri teringat suaminya yang pergi, ia berkata dalam dirinya: “Suami apa an dia itu, istrinya operasi, eh dia malah pergi meninggalkan diriku terkapar dalam ruang bedah operasi”.
Operasi berhasil dengan sangat baik. Setelah satu pekan, suaminya datang, dan tampaklah pada wajahnya tanda-tanda orang yang kelelahan.
Ketahuilah bahwa sang donatur itu tidak ada lain orang melainkan sang suami itu sendiri. Ya, suaminya telah menghibahkan satu ginjalnya untuk istrinya, tanpa sepengetahuan sang istri, tetangga dan siapa pun selain dokter yang dipesannya agar menutup rapat rahasia tersebut.
Dan subhanallah …
Setelah Sembilan (9) bulan dari operasi itu, sang istri melahirkan anak. Maka bergembiralah suami istri tersebut, keluarga besar dan para tetangga.
Suasana rumah tangga kembali normal, dan sang suami telah menyelesaikan studi S2 dan S3-nya di sebuah fakultas syari’ah dan telah bekerja sebagai seorang panitera di sebuah pengadilan di Jeddah. Ia pun telah menyelesaikan hafalan Al-Qur’an dan mendapatkan sanad dengan riwayat Hafs, dari ‘Ashim.
Pada suatu hari, sang suami ada tugas dinas jauh, dan ia lupa menyimpan buku hariannya dari atas meja, buku harian yang selama ini ia sembunyikan. Dan tanpa sengaja, sang istri mendapatkan buku harian tersebut, membuka-bukanyadan membacanya.
Hamper saja ia terjatuh pingsan saat menemukan rahasia tentang diri dan rumah tangganya. Ia menangis meraung-raung. Setelah agak reda, ia menelpon suaminya, dan menangis sejadi-jadinya,ia berkali-kali mengulang permohonan maaf dari suaminya. Sang suami hanya dapat membalas suara telpon istrinya dengan menangis pula.
Dan setelah peristiwa tersebut, selama tiga bulanan, sang istri tidak berani menatap wajah suaminya. Jika ada keperluan, ia berbicara dengan menundukkan mukanya, tidak ada kekuatan untuk memandangnya sama sekali.
selang beberapa waktu sang isteri meninggal dunia karena kelainan pada organ ginjalnya
betapa terpukulnya sang suami dan sejak saat itulah sang suami berjanji akan merawat anak semata wayangnya dan tak akan menikah lagi demi cintanya pada sang istri ..