Suatu sore ana pernah melihat segerombolan muda-mudi, yang terdiri dari satu orang pria yang dikelilingi oleh para wanita.
Saat itu terlihat pria yang seorang diri itu seperti sedang dirayu
oleh para wanita tersebut. Ana jadi ingat salah satu dari tujuh golongan
yang dijamin Allah masuk surga ialah Seorang lelaki yang dirayu oleh
seorang wanita yang mempunyai kedudukan dan kecantikan tetapi ia
menolaknya seraya berkata ‘Aku takut kepada Allah’, tapi ana rasa adakah
kisah seperti itu pada zaman ini setelah kisah nabi Yusuf yang mulia?
Kisah nabi Yusuf itu sungguh menakjubkan. Seorang pria shalih yang
menolak dengan tegas seorang wanita cantik jelita yaitu Zulaikha. Ana
benar-benar kagum. Dan kekaguman ana semakin bertambah, ketika ana
membaca sebuah kisah yang tak kalah mengagumkan dengan kisahnya nabi
Yusuf yang mulia. Kisahnya seperti ini,
Diceritakan Sulaiman ibn Yasar, demikian Al-Ghazali mengisahkan dalam
Al-Ihya’, adalah seorang laki-laki yang dikenali paling tampan di
zamannya. Satu waktu, bersama sahabatnya, dia berangkat menunaikan haji
ke Mekah, di kota kecil bernama Abwa, tempat makam ibunda Sang Nabi
berada, mereka beristirahat.
Setelah selesai makan, sang kawan meminta izin pergi berbelanja
beberapa bekal perjalanan. Sulaiman ibn Yasar duduk sendiri di kemahnya.
Dari kejauhan, seorang perempuan Badui yang cantik memperhatikannya.
Wanita itu begitu terpesona pada paras Sulaiman. Dia turun dari
ketinggian dan menghampiri kemah itu, lalu meminta izin masuk.
“Apa keperluanmu?” Tanya Sulaiman sembari menahan pandangan pada wanita cantik itu.
“Senangkanlah aku!” jawabnya.
Sulaiman pun membuka bekal makanannya dan menyerahkan semua makanan
yang tersisa pada wanita itu. Dia mengira itulah yang dikehendaki sang
perempuan gurun.
“Aku tidak menghendaki makanan,” ujar si Perempuan gurun sambil
tersenyum. “Aku menginginkan apa yang biasa dilakukan seorang suami
kepada istrinya.”
“Jadi Iblis yang telah mengutusmu padaku!” teriak Sulaiman.
Dia meletakkan wajah di antara kedua lututnya kemudian menjerit
meraung-raung. Tangisnya begitu keras dan pilu. Perempuan gurun itu
terkejut dan ketakutan dibuatnya. Dia berlari dan kembali kepada
keluarganya.
Tak lama kemudian sang kawan pulang. Didapatinya mata Sulaiman merah sembab dan dia masih terisak-isak.
“Ada apa denganmu, demi Allah?’ Tanya kawannya itu.
Sulaiman pun menjelaskan kejadiannya dan mengisahkan kedatangan
wanita Badui yang cantik itu. Mendengar cerita Sulaiman, kini sang kawan
yang menangis keras-keras. Dia menutupkan kedua tangan ke wajahnya.
“Hei, mengapa kini engkau yang menangis?”
“Demi Allah, wahai Sulaiman,” ujarnya disela senggugu, “Aku lebih
pantas menangis daripada dirimu. Aku sangat takut sekiranya aku yang
diuji Allah dengan cara demikian. Aku khawatir jika aku yang mengalami
kejadian ini, dan aku takkan mampu menahan hawa nafsuku sebagaimana yang
kau lakukan.”
Mereka pun bertangisan.
Setibanya di Mekah, Sulaiman ibn Yasar melakukan thawaf, sa’i, dan
menyelesaikan umrahnya. Setelah itu dia pun menghampiri Hijr Isma’il dan
duduk berselonjor hingga dipagut kantuk. Dia tertidur dan bermimpi.
Dalam mimpi, dia melihat dirinya didatangi oleh seorang lelaki yang
tinggi, tegap, dan sangat tampan. Bau tubuhnya begitu harum dan semerbak
mewangi.
“Semoga Allah menyayangimu, siapakah engkau?”
“Aku adalah Yusuf,” kata sosok itu.
“Yusuf As-shiddiq? Nabi yang sangat setia?”
“Benar,” beliau mengangguk.
“Demi Allah, dalam peristiwa antara engkau dan istri pejabat negeri Mesir itu adalah hal yang menakjubkan.”
Nabi Yusuf tersenyum. “Bahkan,” kata beliau ‘Alaihis Salaam pada Sulaiman ibn Yasar,
“Kejadian antara engkau dan wanita Abwa itu jauh lebih mengagumkan.”
***
Subhanallah.
Mengapa Nabi Yusuf berkata demikian? Mungkin karena Sulaiman ibn
Yasar bukanlah seorang Rasul seperti dia yang diberikan
keistimewaan-keistimewaan oleh Allah.
Sanggupkah kita seperti mereka? Bersama bimbingan-Nya, Jawabannya
Ya. Bukankah orang-orang di atas ialah orang-orang yang hidup di masa
kekhalifahan, akan lebih menakjubkan lagi jika kita yang hidup di zaman
yang jauh dari masa-masa kenabian ini, tetapi kita menjaga hawa nafsu
serta berusaha menjadi golongan yang dijamin masuk surga tersebut.
Dan jangan heran jika kisah kita akan jauh lebih mengesankan, jika
kita dapat berpegang teguh melawan nafsu kita, menjadi pemuda-pemudi
yang tegas menolak ancaman godaan arus zaman atas izin Allah… Semoga.
Aamiin.
Oleh : Sonia Faiqah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar